BUTONBUTON TENGAHEKONOMI & BISNISNEWS

Belajar di Enrekang, PPL Temukan Solusi Untuk Masalah Petani Bawang Merah di Busel

2960
×

Belajar di Enrekang, PPL Temukan Solusi Untuk Masalah Petani Bawang Merah di Busel

Sebarkan artikel ini
Lahan bawang merah, Wanculepani Desa Lapandewa Kaindea, Kec. Lapandewa Kab. Buton Selatan. Foto: MEDIAKENDARI.com/La Darni/B

Reporter: La Darni
Editor: Kang Upi

BATAUGA – Sebanyak 24 orang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Buton Selatan (Busel), Sulawesi Tenggara (Sultra) baru saja pulang dari agenda studi banding di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) sejak 23 hingga 28 Oktober 2019.

Kepala Dinas Pertanian Busel, Drs. Ec. Muhamad Syafil melalui Kepala Bidang Sarana, Prasarana dan Penyuluhan, L.M. Mustari, S.P, M.Si, mengungkapkan, Kabupaten Enrekang dikenal dengan produksi bawang merah yang melimpah secara nasional.

Terlebih saat ini, produktivitas lahan bawang merah di Enrekang mencapai 10 hingga 11 ton per hektare, dengan luas tanam 9000 hektare per tahun. Dengan kapasitas produksi setiap tahun berkisar 70 ribu hingga 100 ribu ton lebih tiap tahunnya.

“Sementara jika dibandingkan dengan kita di Busel, dengan topografi yang mirip dengan di Enrekang, yakni lahan tanah bebatuan. Namun kita disini hanya bisa produksi 5 sampai 6 ton per hektare. Jadi itu lah yang memotivasi kami ke sana,” ungkap Mustari, saat diwawancara di ruang kerjanya, Rabu (30/10/2019).

Diutarakannya, selama lima hari mempelajari metode pengembangan, dengan terjun langsung pada perkebunan bawang merah di Kecamatan Anggeraja. Rombongan PPL Busel akhirnya mengetahui kendala yang menghambat sebagian besar petani bawang merah yang ada di Busel.

BACA JUGA:

Kendala tersebut yakni terkait teknologi dan sistem pengairan lahan yang masih minim. Hal itu, menyebabkan perbedaan hasil produksi bawang merah walaupun dipastikan menggunakan bibit dari farietas yang sama dari Bima.

“Kendala kita ini hanya mengandalkan air hujan, sedangkan di sana, dari teknologi dan sistem pengairannya sangat lengkap, juga pengendalian hamanya. Walaupun juga menggunakan farietas bibit yang sama-sama dari Bima,” katanya.

Terlebih jika dibandingkan lagi jumlah PPL yang seharusnya satu orang PPL per desa, namun untuk di Busel sedikitnya 24 orang PPL harus mewakili 60 desa, sehingga hal itu bagian dari kendala yang ada.

“Penyuluh kita itu seharusnya 60 orang karena di Busel ini terdiri dari 60 desa dan kelurahan namun yang di SK-kan bupati hanya ada 24, sementara salah satu pendukung pengelolaan bawang merah yakni dengan penyuluhan secara terpadu,” sebutnya.

Namun demikian, melalui studi banding tersebut, pihaknya berharap kepada anggota PPL Busel agar intens berkunjung ke para petani, selain rutin memberikan pemahaman terkait sistem pola tanam, cara olah lahan, perbenihan, budi daya hingga sistem pengairan di lahan bawang merah. Juga diharapkan dapat menampung kendala yang dihadapi para petani.

“Dalam meningkatkan produksi bawang merah, Pemerintah Buton Selatan pelan pelan akan melengkapi teknologi sesuai kemampuan dan akan membangun Embung di tahun 2020, dengan harapan dapat membantu petani bawang merah di Busel, sehingga dapat mengejar produktivitas bawang merah seperti halnya Enrekang,” harapnya. (B)

You cannot copy content of this page