KENDARI – Kepala Perwakilan BI Provonsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Minot Purwahono mengatakan, turunnya harga pada komoditas makanan dapat memicu terjadinya deflasi.
Pada Maret 2018, kata Minot, Sultra mencatatkan deflasi sebesar 0,37 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di Februari yang mencatatkan inflasi sebesar 0,09 persen (mtm).
Deflasi tersebut terutama didorong oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan dan administered price, didukung pula oleh terjaganya inflasi inti. Secara spasial, Kota Kendari dan Baubau mencatatkan deflasi masing-masing sebesar 0,08 persen (mtm) dan 1,10 persen (mtm).
“Dengan capaian itu, inflasi tahunan Sultra tercatat sebesar 2,39 persen (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,59 persen (yoy),” ujar minot dalam press realisenya, Selasa (03/04/2018).
Kata Minot, jika dibandingkan dengan inflasi nasional, deflasi Sultra pada bulan Maret tercatat lebih baik dari pencapaian nasional yang pada saat bersamaan mencatatkan inflasi sebesar 0,20 persen (mtm) atau 3,40 persen (yoy).
Ia menjelaskan, kelompok komoditas bahan makanan bergejolak Volatile Food (VF) yang mencatatkan deflasi sebesar 1,78 persen (mtm), memberikan andil sebesar 0,38 persen (mtm) terhadap deflasi di Sultra.
Deflasi tersebut disebabkan oleh penurunan harga komoditas cakalang/sisik yang tercatat sebesar 18,04 persen (mtm) dan ikan layang sebesar 10,23 persen (mtm), serta tomat buah sebesar 13,78 persen (mtm).
Minot juga menerangkan, penurunan harga komoditas VF secara umum disebabkan oleh perbaikan pasokan yang didukung oleh kondusifnya cuaca selama Maret 2017.
“Penurunan harga yang lebih dalam tertahan oleh inflasi komoditas kacang panjang yang tercatat sebesar 9,68 persen (mtm),” ucapnya.
Deflasi Maret 2018 juga terjadi pada kelompok komoditas administered prices sebesar 0,16 persen (mtm), lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,33 persen (mtm).
Penurunan tekanan harga pada kelompok administered prices terutama didorong oleh deflasi yang terjadi pada komoditas angkutan udara sebesar 5,24 persen (mtm) yang disebabkan oleh penurunan jumlah penumpang pada Maret 2018.
BACA JUGA: BI Sultra: Komoditas Bahan Makanan Dorong Deflasi di Sultra
Deflasi kelompok administered price tertahan oleh inflasi rokok putih dan bensin masing-masing sebesar 0,96 persen (mtm) dan 0,73 persen (mtm) dengan andil masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm) dan 0,02 persen (mtm).
“Kenaikan harga rokok putih disebabkan oleh adanya kenaikan cukai rokok,” tuturnya.
Sementara itu, inflasi komoditas bensin disebabkan oleh penyesuaian harga jual bensin non subsidi (Pertalite dan Pertamax) yang dilakukan oleh Pertamina sebagai dampak dari kenaikan harga minyak di pasar dunia.
Menyikapi perkembangan terkini dan memperhatikan risiko ke depan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra telah menyusun Program Kerja TPID 2018 yang akan menjadi acuan dalam pengendalian harga di Sultra.
“Langkah-langkah terkoordinasi tersebut dilakukan untuk menjaga inflasi Sultra berada dalam kisaran sasaran inflasi 2018 yaitu 3,5 persen kurang lebih satu persen (yoy),” tutupnya.