Kendari

BMKG Sultra : Musim Kemarau Kali Ini Berbeda Dari Tahun Sebelumnya

691
×

BMKG Sultra : Musim Kemarau Kali Ini Berbeda Dari Tahun Sebelumnya

Sebarkan artikel ini
Kepala Stasiun Maritim Klas II Kendari
Kepala Stasiun Maritim Klas II Kendari, Ramlan saat ditemui di ruang kerjanya. Foto: MEDIAKENDARI.COM/Ferito Julyadi

Reporter: Ferito Julyadi

KENDARI – Kondisi cuaca wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), khususnya Kota Kendari akhir-akhir ini tidak menentu. Langit yang tadinya cerah dengan panas matahari menyengat, secara mendadak bisa terjadi hujan dengan intensitas sedang namun durasi yang singkat.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Kendari, Ramlan saat ditemui di ruang kerjanya, Jum’at 04 September 2020 menuturkan, saat ini wilayah Sultra sedang dalam kondisi musim kemarau.

Pihaknya memperkirakan musim kemarau untuk wilayah Sultra akan berlangsung hingga akhir November 2020 mendatang.

Musim kemarau kali ini berbeda dengan musim kemarau tahun 2019 lalu. Ramlan mengungkapkan, kemarau kali ini merupakan kemarau basah. Ia menjelaskan ada pola-pola sporatis atau fenomena hujan secara tiba-tiba dengan durasi yang singkat.

“Fenomena ini kami sebut karena dengan istilah gangguan lokal dan regional. Dimana pada gangguan lokal ini terjadinya penguapan awan dan hal tersebut mengakibatkan pemanasan permukaan tanah maupun laut,” ujarnya

Lanjutnya, gangguan regional karena adanya pemanasan permukaan laut di wilayah sekitar Samudera Hindia dan sekitar perairan katulistiwa. Sehingga pola itu mensuplai pasang uap air ke wilayah Indonesia, salah satunya wilayah Sultra.

“Hal ini juga yang bisa menyebabkan tingginya penguapan awan pada pagi dan siang hari. Sehingga memasuki sore hari, yang tadinya cerah tiba-tiba hujan,” lanjutnya.

Ungkap Ramlan, kemarau basah memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan lingkungan.

“Dampak positif dari kemarau basah membuat ketersediaan air dalam tanah masih cukup, tanaman pada lahan pertanian masih tumbuh dengan baik,” tuturnya.

Meskipun memberikan dampak positif, bukan berarti tidak memiliki dampak negatif. Ramlan menjelaskan, kemarau basah dapat mengganggu kesehatan tubuh karena perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba.

“Meskipun kemarau basah, kekeringan pada lahan tidak menutup kemungkinan bisa terjadi, kegagalan panen para petani dam kebakaran hutan,” bebernya.

Tidak sampai disitu, Ramlan juga menuturkan biasanya musim kemarau menimbulkan kecepatan angin dan gelombang yang tinggi.

Saat ini wilayah Sultra sedang memasuki puncaknya musim angin timur, terutama bagian pesisir timur Sultra diataranya Kendari, Konawe, Konawe Utara (Konut), Konawe Kepulauan (Konkep), Buton Utara (Butur), dan Wakatobi.

Untuk satu minggu kedepan, pihaknya mewaspadai angin gelombang tinggi di wilayah Walatobi yang bisa mencapai 1 – 2 meter dan bisa lebih dari itu.

“Saat ini kecepatan angin timur untuk wilayah Sultra sekitar 15 knot, itu masih tergolong aman,” terangnya.

Ramlan mengimbau agar masyarakat lebih memperhatikan lingkungan tempat tinggal dan jangan membuka lahan saat musim kemarau ini.

“Kami imbau kepada masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan, mengingat perubahan cuaca di musim kemarau kalau ini tidak dapat diprediksi,” pungkasnya. (2).

You cannot copy content of this page