KendariPENDIDIKAN

Ciptakan Buku Epistemologi, Dr Peribadi : Menyeimbangkan ESQ Pembaca

990
×

Ciptakan Buku Epistemologi, Dr Peribadi : Menyeimbangkan ESQ Pembaca

Sebarkan artikel ini
Buku yang bakal diterbitkan oleh Peribadi, Muh Arsyad dan Laode Muntasir berjudul Beragam Epistemologi di Pentas Keilmuan (Sebuah Ulasan Komparatif)
Buku yang bakal diterbitkan oleh Peribadi, Muh Arsyad dan Laode Muntasir berjudul Beragam Epistemologi di Pentas Keilmuan (Sebuah Ulasan Komparatif). (Foto: Ist)

Reporter : Rahmat R.
Editor : Ardilan

KENDARI – Tiga Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo (UHO) menciptakan sebuah buku yang berjudul Beragam Epistemologi di Pentas Keilmuan (Sebuah Ulasan Komparatif).

Buku tersebut dirangkum dari pengalaman ketiga dosen dimaksud melalui segala sesuatu yang pernah disaksikan di tanah air Indonesia. Mereka adalah Dr Peribadi, Dr Muh. Arsyad dan Laode Monstasir. Buku ini diterbitkan oleh asal Jawa Barat tahun 2020.

Salah satu Dosen Sosialogi FISIP UHO, Dr Peribadi mengungkapkan bagi yang membaca buku ciptaannya itu, pembaca akan mendapatkan keseimbangan Emosional Spiritual Quition (ESQ) pembaca. Menurut dia, melalui buku Beragam Epistemologi di Pentas Keilmuan pembaca akan terbuka cakrawala berpikirnya.

“Kalau sudah baca buku ini, maka cakrawala pandang kita bukan hanya mendunia dari zaman ke zaman. Tetapi juga memberi kecerdasan ESQ yang mencerahkan,” ucap Dr Peribadi dikonfirmasi Jum’at 17 Juli 2020.

Kata dia, tidak bisa dipungkiri identifikasi dan sentuhan terhadap aneka problematika bangsa selama ini cenderung atomistik, simplistik dan parsial.

“Belum ada langkah ilmiah yang sistematis berbasis filosofis Islami sebagai landasan untuk menggagas wacana – wacana pemikiran alternatif,” ujarnya.

Ia menjelaskan telaah kritis reflektif atas problematika epistemologis adalah tidak hanya menjadi driving force ke depan untuk mengembangkan diskursus paradigma integralistik menuju elemen ontologis, epistemologis, metodologis dan aksiologis yang holistik.

“Akan tetapi juga menghimbau kepada para cendikiawan untuk membangun sebuah “jembatan epistemologis” untuk menyebrang ke ranah world view sehingga kelak kita tidak lagi captive mind terhadap eurosentris dan paradigma barat,” tandasnya. (c).

You cannot copy content of this page