OPINI

Corona Menguji Jiwa Kemanusiaan kita

684
Masyarakat Pencinta Rajiun (MPR) saat persiapan penyemprotan disinfektan di Kota Raha

Penulis : Surachman

OPINI – Berdasarkan daftar resmi yang dihimpun Universitas Johns Hopkins menunjukkan Covid-19 telah dideteksi di sedikitnya 180 negara dan teritori. Secara total, jumlah kasus positif virus corona di dunia melampaui 862.000. Dari jumlah itu, lebih dari 42.000 orang meninggal dunia dan 178.800 telah pulih.

Negara kita sebagai salah satu negara yang tak luput dari “serangan” covid 19, sesuai release terbaru pemerintah pusat sampai kemarin jumlah positif corona masih bertambah.

Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah pusat hingga Minggu (5/4/2020) pukul 12.00 WIB, total ada 2.273 pasien Covid-19 di Tanah Air dan 198 kematian akibat virus tersebut. Sebaran penderita covid 19 tersebar di 32 provinsi salah satunya di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah 6 penderita positif.

Serangkaian kebijakan telah diambil oleh pemerintah pusat maupun daerah baik yang sifatnya untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut hingga kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Muara dari segala kebijakan tersebut prinsipnya adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup segenap masyarakat Indonesia.

Adanya pademi covid 19 yang mengglobal ini membuat pelbagai masyarakat maupun kelompok masyarakat ikut terjun langsung untuk membantu pemerintah masing-masing dalam menangani penyebaran virus ini.

Kita dapat melihat dari berbagai pemberitaan masing-masing negara yang terkena wabah saling membantu sesuai sumber daya dan keahlian masing-masing. Bahkan negara adidaya sekelas USA yang notabene menganut ideologi kapatalis juga pada akhirnya meminta bantuan kepada RRC yang notabene berideologi komunis yang selama ini diantara kedua negara ini selalu menampilkan rivalitas yang sangat ekstrim bahkan menjurus pada konflik terbuka.

Namun karena adanya wabah ini pada akhirnya mereka menyadari bahwa tak ada negara didunia ini yang dapat berdiri sendiri mengatasi masalahnya tanpa bantuan tangan siapapun.

Dalam konteks Indonesia hari ini kita patut bergembira bahwa jiwa gotong royong, semangat persatuan dan kesatuan masih muncul pada jiwa setiap anak bangsa. Hampir setiap saat kita disajikan informasi adanya kelompok pemuda, masyarakat biasa yang secara sadar ikut berpartisipasi dalam menangani impact adanya penyebaran virus covid 19 ini.

Mulai yang mendonasikan APD dari kalangan selebritas tanah air, jurnalis/presenter seperti Najwa Shihab yang menggelar penggalangan dana sebesar kurang lebih 8 milyar atau dokter tirta seorang influencer yang juga bergerak dari RS ke RS menyalurkan APD atau paguyuban paguyuban kemasyarakatan lainnya yang membantu sembako, memberikan masker gratis bahkan penyemprotan disinfektan secara gratis pada rumah rumah masyarakat.

Dan masih banyak lagi sederat cerita tentang aksi heroisme, aksi kemanusiaan yang dilakukan karena panggilan nurani untuk saling membantu dam berbagi ditengah tengah kondisi keprihatinan seperti yang dihadapi saat ini.

Dalam konteks lokal juga misalnya kita melihat adanya gerakan moral kemanusiaan yang tergabung dalam paguyuban Masyarakat Pencinta Rajiun (MPR) yang ikut membantu tanggung jawab pemerintah dalam hal pemutusan mata rantai penyebaran covid 19 ini melalui penyemprotan disinfektan pada beberapa titik di sekitaran Kota Raha Kabupaten Muna.

Sekalipun tampak ada saja pihak yang mempertanyakan mengapa harus beratribut MPR atau komentar yang paling ekstrim bahwa gerakan ini adalah gerakan politik karena notabene dilakukan oleh kelompok masyarakat Muna yang mencintai Rajiun (Bupati Muna Barat) yang masyarakat Muna secara umum telah faham bahwa beliau akan maju dalam kontestasi pilkada Muna akan datang.

Namun terlepas dari berbagai anasir tersebut kita harus berani dan kesatria untuk secara jujur mengapresiasi langkah dan pilihan aksi paguyuhan MPR tersebut. Pasalnya mereka adalah sedikit dari manusia manusia terpilih yang dengan sadar dan dorongan nurani untuk keluar dari “Zona Nyaman” ditengah tengah adanya himbauan pemerintah untuk stay at home, social distancing atau work from home (WFH).

Relawan MPR berani mengambil keputusan yang berisiko bagi keselamatan jiwa pribadi mereka. Aksi penyemprotan disinfektan yang telah dilakukan pada beberapa titik pastilah mengadung resiko berupa ancaman paparan virus pada tubuh mereka. Namun rupanya resiko tersebut diabaikan demi panggilan kemanusiaan.

Sebagai bagian dari keluarga besar mieno wuna, kita patut bersyukur kepada Allah SWT bahwa solidaritas sosial masih muncul di wuna wite barakati ini ditengah tengah gencarnya faham individualisme yang merasuki kehidupan sosial kemasyarakatan kita saat ini.

Kita tentu berharap langkah yang telah dilakukan oleh relawan covid 19 Masyarakat Pencinta Rajiun Kab. Muna dapat menstimulus lahirnya relawan relawan lain yang siap bahu membahu membasi peredaran virus ini demi kemaslahatan masyarakat.

Virus ini hendaknya dapat membuka sekat perbedaan, menghilangkan egoisme masing-masing kelompok dan menyatukan langkah gerak kita dalam “perang” melawan Covid 19.

Seekstrim apapun perbedaan kita namun karena panggilan kemanusiaan kita harus bersatu dan menjernihkan pikiran untuk ikut berpartisipasi mengatasi masalah yang dihadapi saat ini.

Kita tak mungkin harus menunggu bantuan pihak lain untuk melakukan sedikit gerakan seperti penyemprotan disinfektan. Karena keyakinan kita bahwa untuk hal seperti ini banyak diantara kita yang dapat melakukannya.

Namun mungkin saat ini baru dimulai oleh Masyarakat Pencinta Rajiun. Kita berharap apa yang telah dilakukan oleh MPR ini terus menjadi agenda bersama dan berkelanjutan hingga pada akhirnya kita dapat memenangkan perang terhadap Covid 19. So kaetahano liwu, witeno wuna barakati. Wallahu A’lam bis-showab.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version