Reporter : Asrul Hamdi
WAKATOBI – Rendi Arifin, warga Desa Mola Utara Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara mendatangi Posko Siaga Covid-19 di Lapangan Merdeka Wangi-wangi.
Ia datang ke posko tersebut untuk meminta bantuan Tim Gugus Tugas Kewaspadaan Covid-19 agar mengklarifikasi isu miring yang menimpa keluarganya sejak sepekan terakhir.
Kabar tak sedap yang membuatnya berang tersebut yakni, isu bahwa anggota keluarganya yang berisial S, disebut telah terinfeksi Corona dan kabur saat akan diisolasi di RSUD Wakatobi.
“Kami datang ke Posko Siaga Corona untuk konfirmasi. Karena beredar isu di masyarakat bahwa adik sepupu saya akan di isolasi dan kabur dari Rumah Sakit,” kata Randi.
Ia menjelaskan, adik sepupunya itu memang sempat diperiksa dan dirawat di RSUD Wakatobi pada Rabu sore 1 April 2020. Dengan hasil rekam medisnya menunjukan gelaja sakit maag dan kelelahan.
Namun, setelah satu malam menjalani perawatan medis di RS tersebut, adik sepupunya yang masih kuliah di salah satu kampus di Kota Makassar itu diperbolehkan pulang.
“Dia masuk kemarin dulu di rumah sakit. Suhu tubuh sudah diperiksa semua, cuma disuruh tidak usah keluar-keluar selama 14 hari karena S baru pulang dari tempat kuliahnya di Makassar,” jelasnya.
Menurutnya, dirinya dan keluarga merasa dirugikan dengan beredarnya isu bahwa adik sepupunya itu positif Corona. Untuk itu, Tim Gugus Tugas Kewaspadaan Covid-19 diminta membantu.
Tapi sayangnya, kata Randi, dalam usahanya untuk membersihkan nama baik keluarga sekaligus mengkonfirmasi kabar miring tentang adik sepupunya itu dirinya malah di pimpong kesana kemari.
“Pihak RSUD menyuruh kami ke Posko Siaga. Dari Posko Siaga ini kami disuruh kembali ke RSUD lagi untuk membuat surat keterangan kalau pasien tersebut tidak kabur,” ungkapnya.
Sebagai masyarakat, Rendi berharap, ketika ada isu seperti itu pemerintah cepat tanggap dan lebih meningkatkan pemahaman serta edukasi, karena isu Corona cukup merisaukan masyarakat.
“Untuk pemerintah kalau bisa turun sosialisasi kelapangan meskipun hanya satu dua orang. Bila perlu pake megaphone supaya menjelaskan apa itu ODP, apa itu PDP karena masyarakat sudah risau,” ungkapnya.
Dalam jumpa pers Gugus Tugas Kewaspadaan Covid-19 Kabupaten Wakatobi, Muliadin, Kepala Dinas Kesehatan Wakatobi mengatakan, edukasi merupakan tugas bersama kesehatan, TNI, Polri serta pihak-pihak terkait.
“Kita mulai dari tetangga, ODP ini kan belum tentu dia terinfeksi. Hanya untuk menghindari penularan, kalau dia positif maka jaga jarak baik dirumah bila perlu isolasi mandiri dirumah. Karena memang dimasyarakat kita, kadang-kadang masih belum memahami sehingga ketika ditetapkan sebagai ODP itu menjadi suatu kepanikan dimasyarakat,” jelasnya
Untuk diketahui, dari pantauan MEDIAKENDARI.com atas peta sebaran Covid-19 Kabupaten Wakatobi tertangal 3 April 2020 dari Posko Siaga Covid-19 Kabupaten Wakatobi, tidak menunjukan adanya ODP di Desa Mola Utara.