BUTUR – Bertarung membawa nama Daerah di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) merupakan prestasi tersendiri para atlet yang berlaga dikompetisi empat tahunan itu. Tapi semangat juang dan konsistensi yang berusaha dipertontonkan para atlet, kebanyakan tidak diikuti oleh penghargaan dari Pemerintah daerah mereka masing-masing.
Padahal sebelum berlaga, para atlet dituntut untuk menampilkan permainan terbaik pada setiap cabang olahraga yang akan diikuti, sehingga tidak heran masing-masing cabor di Kabupaten/Kota se-Sultra menargetkan untuk meraih medali emas sebanyak-banyaknya, atau bahkan menargetkan untuk menjadi juara umum dalam Porprov yang dihelat di Kabupaten Kolaka itu.
Namun faktanya, janji yang dilontakan pemerintah Kabupaten dalam hal ini Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) beberapa Kabupaten/Kota untuk memperhatikan atletnya hanyalah isapan jempol semata. Betapa tidak, beberapa atlet dari sebagian daerah justru kerap mengeluarkan keluhan, baik itu melalui media sosial Facebook, Whatsapp, maupun keluhan kepada kerabat terdekatnya, tentang uang saku yang tidak kunjung diberikan.
Keluhan itu, salah satunya datang dari atlet Buton Utara (Butur) dimana selama mereka berlaga di Porprov sebagian atlet belum menerima uang saku, sementara beberapa atlet dari beberapa cabor sudah menerima uang saku. Padahal mereka tahu persis, anggaran dari KONI yang disimpan dan dikelola oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Butur sekitar Rp.3.600.000.000. Tapi anehnya, dana tersebut belum diterima sebagian atlet.
Dengan adanya pemberian sepihak ini, para atlet yang belum kebagian uang saku, menyarankan jika memang dana untuk uang saku atlet belum bisa disalurkan, alangkah bagusnya jangan dikasih sebagian para atlet, sehingga para atlet yang belum terima tidak patah semangat selama bertanding.Dengan adanya pemberian uang saku secara sepihak itu, Pemerintah dianggap diskrimintif padahal seluruh atlet Butur dituntut untuk berlatih dan bertanding, namun secara tidak sengaja semangat dipatahkan dengan tidak meratanya uang saku yang diberikan.
“Ini tidak adil namanya, masa sebagian atlet tidak diberikan sementara yang lainnya tidak. Dan tentu saja ini akan dikomplain. Dan kami harapkan agar masalah itu segera diselesaikan secepatnya, agar tidak mengganggu kosentrasi atlet-atlet yang belum terima uang saku,” keluh salah satu kerabat atlet yang belum terima uang saku, kepada Mediakendari.com saat ditemui di Kolaka, Kamis (6/12/2018).
Mengenai keluhan atas belum meratanya pemberian uang saku atlet pihak-pihak yang bertanggungjawab belum bisa memberikan informasi ke media.
Keluhan dan kesengsaraan tidak hanya dialami oleh atlet asal Butur, tapi juga beberapa atlet di daerah lainnya. Misalnya, atlet asal Kabupaten Muna yang harus rela tidur beralas tikar dan hanya berbantal tas. Padahal sebelumnya, Pemda Muna telah mensupport penuh perjuangan para atlet dengan mengucurkn dana yang dikabarkan sebesar Rp 9,7 miliar.
Anggaran Rp. 9,7 Miliar itu begitu terbesar jika dibandingkan dengan anggaran daerah lainnya. Dengan anggaran sebesar itu, tentu atlet bisa mendapatkan fasilitas terbaik, gizi yang cukup dan layanan prima. Tentu saja, untuk melahirkan mental juara, fasilitas yang diterima harusnya juga kualitas pertama. (A)
Reporter : Safrudin darma