KENDARI – Sejak gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter yang disertai Tsunami melanda Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 28 September 2018 lalu, berbagai bentuk aksi simpatik dilakukan dari berbagai daerah di Indonesia untuk membantu warga yang tertimpah musibah di Sulteng. Berbagai aksi kemanusian terus dilakukan dalam bentuk menggalang dana bahkan menjadi relawan yang terjun langsung ke Sulteng untuk membantu para korban.
Satu diantara relawan yang ikut membantu adalah Dokter Muda, Mahasiswi Kedokteran di Salah Satu Perguruan Tinggi di Makassar, Sri Naca Hardiana. A. Nompa, S. KG, yang berasal di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra). Wanita kelahiran Bombana ini, selalu terlibat dalam setiap musibah gempa di Indonesia. Pada gempa bumi di Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu, dirinya terlibat sebagai relawan medis utusan KNPI Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dan pada gempa di Sulteng, dirinya pun seakan tidak mau ketinggalan. Sebagai bentuk kepeduliannya, ia dan organisasinya Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) bersama organisasi lainnya seperti LIBU Perempuan Sulteng, HMJM Unismuh Makasar, KNPI Sulsel, KNPI Kota Makasar, dan HIPMI Sultra melakukan penggalangan dana untuk meringankan beban korban gempa di Sulteng.
Dikatakan Sri Naca Hardiana, sasaran bantuan yang berhasil mereka kumpulkan adalah untuk perempuan (ibu) dan anak, yang tujuannya untuk meringankan beban korban utamanya perempuan dan anak. Bantuan ini akan diserahkan pada POSKO SPAK dan LIBU Perempuan Sulteng yang nantinya akan disalurkan kepada masyarakat Kota Palu-Sigi-Donggala.
“Bantuan ini merupakan bantuan tahap kedua, dan tidak menutup kemungkinan akan ada pengiriman bantuan pada tahap selanjutnya,” katanya kepada Mediakendari.com, Sabtu (13/10/2018).
Bantuan yang dikirim berupa bahan makanan seperti beras, telur, sayuran, telur, makanan jadi, tenda/terpal, Bak penampungan air, pakaian, obat-obatan, alat tulis, permainan anak, lampu darurat serta beberapa barang lainnya.
“Harapan kami dengan mengirim bantuan ini kebutuhan perempuan dan anak di Sulteng yang masih sulit mereka peroleh pasca gempa, kiranya dapat meringankan beban mereka,” terangnya.
Kata dia, menjadi relawan Medis adalah panggilan jiwa seseorang dalam aksi kemanusiaan dan Bekerja Ikhlas Penuh Resiko.”Saya menjadi relawan medis itu bekerjanya penuh ikhlas penuh resiko. Berani keluar dari zona nyaman, meninggalkan keluarga, orang-orang tedekat, pekerjaan, dan mempetaruhkan nyawa demi bisa ikut terlibat dalam membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah yang saat ini membutuhkan aluran tangan kita semua,” ujarnya.(a)
Redaksi