NEWS

Enam Warga Kendari Meninggal Dunia Akibat Demam Berdarah

763
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari Ellfi

KENDARI, MEDIAKENDARI.COM- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat adanya peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari Ellfi mengatakan, di tahun 2022, ada 230 kasus DBD di Kota Kendari.

“Jika dibandingkan dengan tahun 2021 ini mengalami peningkatan tapi jika dibandingkan dengan kasus di 2020, lebih banyak kasus di 2020 dibanding tahun 2022 dengan jumlah kematian yang sama,” ungkapnya saat diwawancarai pada Senin, (02/01/2023).

Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Masyarakat, ICMI Sultra Dorong Tiga Isu Utama

Sementara itu untuk jumlah kematian akibat DBD di tahun 2022, dipastikan meningkat sebesar 2,6 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai persen dari total kasus.

“Artinya lebih banyak kasus meninggal di tahun ini dibandingkan tahun yang lalu. 2020 hanya 6 kasus, 2021 4 kasus dan 2022 kembali 6 kasus,” bebernya.

Untuk wilayah dengan kasus terbanyak terdapat di Kecamatan Wuawua wilayah kerja Puskesmas Wuawua dan Puskesmas Puuwatu dengan masing-masing memiliki 1 kasus kematian.

Baca Juga : Dinas Kominfo Lakukan Evaluasi Untuk Rekap TPP

“Puskesmas Jati Raya dan Puskesmas Kemaraya masing-masing 1 kasus kematian.

Jika dilihat dari angka kesakitannya, tertinggi di Puskesmas Puuwatu sebanyak 56 kasus, disusul Puskesmas Lepo-lepo 33 kasus, dan Puskesmas Jati Raya sebanyak 27 kasus,” bebernya.

Sedangkan, untuk daerah di Kota Kendari yang dinyatakan bebas kasus DBD yakni di wilayah kerja Puskesmas Abeli, Puskesmas Nambo, dan Puskesmas Benu Benua.

“Semua kasus kematian di 2022 ini diakibatkan karena keterlambatan penanganan ke fasilitas pelayanan kesehatan selanjutnya atau rujukan,” ungkapnya.

Baca Juga : Komoditas Madu Lokal Sultra, Manisnya Terasa Sampai ke Afrika

Menurutnya keterlambatan penanganan menjadi penyebab pasien meninggal dunia. Sebab, banyak masyarakat tidak menyadari gejala ketika terkena DBD.

Selain itu, jika dilihat dari usianya kebanyakan pasien usia anak yang mengalami DBD, dan terlambat membawa ke fasilitas kesehatan dengan kondisi sudah shock berat.

“Ketika sudah didiagnosa DBD, seharusnya dirawat di rumah sakit menjalani penanganan untuk meningkatkan kadar trombosit dalam darahnya,” tutupnya.

Reporter: Dila Aidzin

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version