UNAAHA – Sebagai bagian upaya Badan Pangan dan Pertanian Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa Food and Agriculture Organization (FAO) untuk mengurangi ketergantungan atas sumber karbohidrat yang umum dari biji-bijian, maka dilakukan peninjaun proses produksi dan serah terima industri pengolahan sagu hegienis di Desa Labela Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Senin (18/12) yang dihadiri langsung oleh Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Mark Smuldesr.
Menurut data FAO tahun 2016, Indonesia memiliki sebaran tanaman sagu terluas di dunia dan Sultra berada di peringkat kedua terluas di Indonesia setelah Papua. Untuk itu, melalui kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, FAO hadirkan industri pengolahan sagu higienis dan modern.
Beralamat di Desa Sabulakoa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan dan Desa Labela, Pendamping Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Reyza Ramadhan mengatakan, pembangunan industri pengolahan sagu di dua tempat tersebut yang dimulai sejak tahun 2016 silam, diharapkan akan dapat maksimal dalam pengolahan sagu di Sultra.
“Mulai dari pembangunan fisik, pelatihan kerja dan bisnis pada kelompok tani serta kelompok lainnya, sampai hari ini akhihrnya kami akan serah terimakan industri yang telah menghabiskan biaya kurang lebih Rp 1 Milyar,” ungkapnya.
Setelah melakukan serah terima industri, maka sepenuhnya menjadi milik kelompok tani untuk merawat peralatan industri serta menjalankan bisnis pengolahan sagu menjadi tepung sagu.
Sementara itu, dari pihak Dinas Ketahanan Pangan, Muhamad Akbar menambahkan, pembangunan industri pengolahan sagu menjadi tepung sagu yang ada di Desa Labela juga mendapatkan pembagian dana sejumlah Rp 65 juta dari Pemda Konawe.
“Dana ini diperuntukan pada fasilitas seperti pembuatan kanal penampung air, pembuatan dan pengerasan jalan serta basecamp yang tidak masuk pada item kerja FAO,” imbuhnya.
Reporter: Firmansyah
Editor: Kardin