NEWS

Harga Rumput Laut di Baubau Anjlok, Petani Harus Melaut untuk Sambung Hidup

2019
Petani rumput laut di Kota Baubau, Yusri Asura.

Penulis : Ardilan

Redaksi

BAUBAU – Salah seorang petani rumput laut di Kelurahan Bone-bone Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), Yusri Asura harus menambah aktifitas hariannya dalam bekerja akibat pandemi Covid-19 yang belum juga kunjung usai.

Hal ini lantaran harga rumput laut di daerah eks Kesultanan Buton itu rupanya tengah anjlok-anjloknya. Yusri yang telah berusia 58 tahun ini terpaksa selain mengurusi keramba rumput lautnya, ia juga harus turun melaut demi menyambung hidup selama masa pandemi berlangsung.

Alternatif melaut dipilih Yusri untuk bertahan hidup memenuhi kebutuhan lauk untuk keluarganya karena harga rumput laut sedang tak bersahabat padahal pihaknya telah mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan usahanya seperti memakai masker serta rutin mencuci tangan.

Beruntungnya melaut tak punya potensi menjadi pemicu penularan claster baru virus Corona sehingga ia tak perlu khawatir melakukan aktifitas tambahannya itu.

“Untuk makan saja mungkin bisa mencukupi. Tapi tidak cukup untuk biaya pendidikan anak-anak. Sudah dua tahun terakhir produksi pengembangan rumput laut saya menurun drastis karena penyakit yang kerap menyerang agar-agar atau dikenal dalam istilah perikanan  ice-ice,” ungkap Yusri Asura dalam keterangannya, Senin 09 Agustus 2021.

Yusri mengatakan selama kurang lebih 20 tahun menjadi petani rumput laut dirinya belum sama sekali mendapat bantuan yang berkaitan dengan usaha yang dikerjakannya tersebut. Ia rupanya berharap pemerintah melalui dinas terkait bisa membantu bibit kepada petani rumput laut.

“Kita khususnya petani rumput laut dilingkungan Wanggangga ini berharap minimal bantuan bibit,” pinta ayah tiga anak itu.

Ia menjelaskan sejak pandemi Covid-19 dimulai harga komoditas laut miliknya menurun drastis. Kini, satu kilogram rumput hanya dihargai senilai Rp 16.500. Sebelumnya harga per kilo rumput laut ada dikisaran Rp 23.000.

Yusri mengaku pandemi Covid-19 bukan saja menyebabkan anjloknya harga tetapi ikut mengurangi jumlah produksi rumput lautnya. Sebelum virus Corona melanda dunia, ia mampu menghasilkan produksi rumput laut lebih banyak.

“Selama pandemi hanya berkisar dua ton. Kalau sebelum pandemi, produksi kami mencapai tiga ton,” ujarnya.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version