JAKARTA – Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei bahwa elektabilitas Jokowi meningkat 3% dibanding sebelum pilkada serentak 2018, namun dikalahkan dengan popularitas hashtag 2019GantiPresiden.
Survei tersebut dilakukan 28 Juni – 5 Juli 2018 dengan 1.200 responden dan wawancara tatap muka. Adapun metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,9%. Survei dilakukan pada 33 provinsi di Indonesia.
Pembicara LSI, Denny JA Adjie mengatakan, meski Elektabilitas Jokowi meningkat menjadi 49,30% namun beliau belum diposisi aman.
“Meski mengalami tren kenaikan pasca pilkada 2018, penting dicatat bahwa jokowi masih dibawah 50%,” ucap Denny JA saat konferensi Pers di kantornya Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa, (10/7/2018).
Denny juga mengungkapkan, dalam hasil surveinya bahwa pamor #Gantipresiden semakin populer dan disukai dari anggka presentasi 50,80% dibulan Mei menjadi 60,50% dibulan Juli.
“#2019gantipresiden semakin dikenal, sebanyak 50,80% sebelum pilkada (Mei 2018), paska pilkada kini dikenal 60,50% (Juli 2018),”paparnya.
Tak hanya itu Denny juga mengungkapkan #Gantipresiden juga makin disukai dan diterima oleh publik.
“#Gantipresiden juga semakin disukai oleh publik yang telah mengenalnya, dari 49,8% (mei 2018) ,paska pilkada kini disukai 54,4% (Juli 2018), kemidian pasca pilkada elektabilitas lawan Jokowi 45,2% atau tidak terjadi kenaikan signifikan sehingga hal ini kita bisa simpulkan bahwa ini cenderung stagnan,” tutupnya.