EKONOMI & BISNISNASIONAL

IMK Turun Tipis, Pengeluaran Pendidikan Jadi Pemicu Utama

3178
Ketgam: Penurunan ini terutama dipicu oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk biaya pendidikan pada awal tahun ajaran baru.

KENDARI, MEDIAKENDARI.com— Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada Juli 2025 tercatat di level 82,2, melemah tipis 1,6 poin dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan ini terutama dipicu oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk biaya pendidikan pada awal tahun ajaran baru, di tengah pemberian stimulus ekonomi jangka pendek.

Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, menjelaskan bahwa penurunan IMK sejalan dengan melemahnya komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 4,7 poin ke level 90,5.

“Perkembangan ini mencerminkan intensitas dan niat menabung konsumen yang melandai seiring meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Meski IWM turun, Indeks Intensitas Menabung (IIM) justru naik 1,4 poin ke level 73,8. Data LPS menunjukkan porsi responden yang tidak pernah menabung menurun dari 26,7 persen pada Juni menjadi 24,9 persen pada Juli.

Sementara itu, jumlah responden yang menilai tabungannya lebih kecil dari rencana semula juga berkurang dari 52,5 persen menjadi 50 persen.

Penurunan IWM juga tercermin dari menurunnya porsi responden yang menilai saat ini adalah waktu tepat untuk menabung dari 28,9 persen pada Juni menjadi 26,4 persen pada Juli. Ekspektasi tiga bulan ke depan pun melemah, dari 42,6 persen menjadi 38,6 persen.

Dari sisi kelompok pendapatan, IMK mengalami peningkatan pada rumah tangga berpendapatan rendah, yakni hingga Rp1,5 juta perbulan, yang naik signifikan 9,1 poin.

Kelompok berpendapatan Rp1,5 juta – Rp3 juta/bulan juga naik 3,1 poin. Sebaliknya, rumah tangga dengan pendapatan Rp3 juta – Rp7 juta perbulan turun 3,2 poin, sementara kelompok di atas Rp7 juta perbulan tetap di atas 100 meski terkontraksi 8,8 poin.

Selain faktor pendidikan, LPS mencatat tekanan lain yang memengaruhi perilaku menabung dan kepercayaan konsumen, seperti kenaikan harga sembako, harga pupuk yang masih tinggi, dan anomali iklim yang berdampak pada produksi pangan.

Meskipun IMK menurun, LPS menilai optimisme terhadap prospek ekonomi jangka menengah masih terjaga, tercermin dari Indeks Ekspektasi (IE) yang tetap berada di atas 100.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version