OPINI

Jihad Hijau Dialektika Kesalehan Ekologis dan Pragmatisme Politik Sumber Daya Alam dalam Tubuh Muhammadiyah

304
Ahan Fergiawan, Mahasiswa Teknik Lingkungan, Universitas Muhammadiyah Kendari.

Laporan riset mendalam ini menginvestigasi evolusi paradigma lingkungan hidup dalam Muhammadiyah, organisasi Islam modernis terbesar kedua di Indonesia, yang dikenal dengan istilah “Jihad Hijau”.

Di tengah krisis planetar yang ditandai oleh perubahan iklim antropogenik dan degradasi ekologis, Muhammadiyah telah merumuskan teologi “Kesalehan Ekologis” yang berakar pada Fiqh al-Bi’ah (Fikih Lingkungan) dan Risalah Islam Berkemajuan.

Laporan ini membedah transformasi epistemologis dari teologi sosial Al-Ma’un menuju Al-Ma’un Hijau, serta manifestasi praksisnya melalui gerakan Eco-Masjid, Shadaqah Sampah, dan pendidikan lingkungan.

Genealogi Jihad Hijau Muhammadiyah
Istilah “Jihad Hijau” dalam diskursus Muhammadiyah bukanlah seruan perang dalam artian militeristik, melainkan sebuah mujahadah (kesungguhan) intelektual dan praksis untuk menyelamatkan lingkungan hidup.

Konsep ini merupakan derivasi logis dari teologi Al-Ma’un yang mengajarkan keberpihakan kepada kaum mustad’afin (kelompok tertindas). Dalam konteks ekologi politik, “alam” diposisikan sebagai entitas yang tertindas oleh sistem kapitalisme ekstraktif yang rakus. Oleh karena itu, membela alam adalah bagian inheren dari membela kemanusiaan.

David Efendi, penggiat Kader Hijau Muhammadiyah, menyebutkan bahwa krisis lingkungan adalah krisis spiritual dan moral. Keserakahan manusia yang tidak bersyukur telah menjadi modus operandi eksploitasi alam.

Oleh karena itu, Jihad Hijau Muhammadiyah berupaya melakukan dekonstruksi terhadap cara pandang antroposentris yang menempatkan manusia sebagai penguasa absolut alam, menuju cara pandang teosentris-ekologis yang menempatkan manusia sebagai pemegang amanah (steward).

Kader Hijau Muhammadiyah: Aktivisme Kaum Muda
Di luar struktur formal, muncul fenomena Kader Hijau Muhammadiyah (KHM). Ini adalah kolektif anak muda progresif yang lahir dari rahim Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

KHM mengambil peran yang lebih radikal dan kritis. Mereka tidak hanya menanam pohon, tetapi juga aktif mengadvokasi kasus-kasus konflik agraria, menolak tambang yang merusak, dan mengkritik kebijakan elit Muhammadiyah yang dianggap melenceng dari spirit ekologis.

Kesimpulan
Jihad Hijau Muhammadiyah adalah sebuah capaian peradaban yang monumental dalam sejarah Islam Indonesia. Melalui integrasi teologi Tauhid, Khalifah, dan Hifdzul Bi’ah, Muhammadiyah berhasil memberikan wajah ramah lingkungan pada ajaran Islam.

Program Eco-Masjid dan Shadaqah Sampah adalah bukti tak terbantahkan bahwa agama bisa menjadi motor konservasi yang efektif.

Namun, integritas gerakan ini sedang berada di tepi jurang akibat keputusan menerima konsesi tambang batubara. Terdapat disonansi kognitif yang tajam antara retorika “menyelamatkan bumi” di mimbar Muktamar dengan keputusan “mengeruk bumi” di meja rapat pleno. Muhammadiyah kini terjebak dalam dialektika antara idealisme ekologis yang suci dan pragmatisme ekonomi politik yang profan.

Untuk menyelamatkan masa depan Jihad Hijau dan menjaga konsistensi Risalah Islam Berkemajuan, saya merekomendasikan 1 langkah-langkah strategis.

Penguatan Pendidikan Politik Lingkungan: Kurikulum pendidikan Muhammadiyah harus memperkuat literasi ekologi politik agar kader masa depan memahami bahwa krisis lingkungan bukan hanya soal membuang sampah, tetapi soal melawan struktur ketidakadilan yang merusak

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version