Reporter : Ferito Julyadi
KENDARI – Sensus Penduduk September 2020 kini telah tiba, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan sesuai dengan UU Statistik Nomor 16 tahun 1997 bahwa Sensus Penduduk Harus Dilaksanakan Oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Kepala BPS Sulawesi Tenggara (Sultra), Agnes Widiastuti saat bertindak sebagai bintang tamu dalam program Selamat Pagi Sultra di MEK.TV, Jum’at 04 September 2020 menuturkan, partisipasi dan keterbukaan masyarakat sangat dibutuhkan dalam sensus penduduk.
Agnes menjelaskan keterbukaan dan partispasi penduduk dalam sensus penduduk memiliki peran yang sangat untuk pembangunan satu daerah.
Ia menilai jika dalam pendataan masyarakat tidak memberi data yang sebenarnya, terutama data jenis kelamin dan umur. Dengan data yang sebenar-benarnya itu, saat akan melakukan pembangunan entah itu sekolah ataupun rumah sakit pembangunan tersebut bisa tepat di setiap wilayah.
“Jika pendataan jumlah penduduk keliru, maka dalam perencanaan pembangunan daerah pun keliru. Misalkan di satu daerah memerlukan rumah sakit, tapi karena pendataan yang tidak falid itu mengakibatkan pembangunan rumah sakit tidak dilakukan. Itulah pentingnya partisipasi dan keterbukaan masyarakat dalam sensus penduduk,” jelasnya.
Ia megakui sensus penduduk September bukan kali pertama di tahun ini, sebelumnya sudah dilakukan sensus penduduk secara online di Februari – Mei 2020. Namun, pendataan jumlah penduduk kali ini akan menggunakan metode kombinasi. Dimana pihak BPS akan menggunakan data yang dimiliki Ditjen Dukcapil.
“Data tersebut kami ambil, kemudian melakukan verifikasi di lapangan. Apakah yang ada di data tersebut masih hidup atau telah meninggal dunia, pindah atau dia pendatang dari daerah atau negara lain,” ujarnya.
Ia menyebut, bagi masyarakat yang sudah ikut serta dalam sensus penduduk sebelumnya, pihak BPS Sultra masih akan melakukan kunjungan.
“Kunjungan tersebut untuk mengecek dan memastikan kembali apakah dalam rumah tangga itu ada yang lahir, meninggal atau pindah. Hal itu akan kami lakukan untuk mengkonfirmasi hal tersebut,” terangnya.
Kata Agnes, hal lain yang menjadi faktor sulitnya masyarakat untuk terbuka saat pihak BPS lakukan kunjungan pendataan, karena masyarakat tidak mengetahui dan mengenali para tim verifikasi BPS.
“Kami paham, karena saat ini banyak pihak-pihak yang berkunjung ke masyarakat mengambil data namun bukan dari BPS. Masyarakat pun menyadari itu, dan hal tersebut membuat mereka sulit untuk terbuka dengan para petugas kami,” beber Agnes.
Agnes juga mengungkapkan para tim verifikasi lapangan memiliki identitas khusus yang tentunya sebagai pengenal bahwa mereka adalah tim BPS, diantaranya Petugas BPS Sultra mengenakan rompi biru khas BPS, Kartu tanda pengenal Serta dilengkapi dengan surat tugas.
“Petugas kami yang mendata di lapangan dilengkapi juga dengan Face Shield, Masker, Sarung Tangan, dan Handsanitizer. Sebelum bertugas pun kami lakukan rapid test kepada mereka, dan bila nanti ada yang di temukan reaktif, makam akan akan ganti dengan petugas laib. Tentu protokol kesehatan Covid-19 kami jalankan,” urainya.
Agnes berharap sensus penduduk selama September 2020 ini bisa terlaksana dengan baik, dan keterbukaan serta partisipasi dari masyarakat sangat dibutuhkan. (3).