KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis angka kemiskinan di Sultra turun 18,55 ribu orang.
Kepala BPS Sultra, Atqo Mardianto mengungkapkan, Angka kemiskinan dihasilkan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan dua kali selama setahun yakni bulan Maret dan Bulan September setiap tahunnya.
“Salah satu yang dihasilkan dari Susenas adalah angka atau penduduk miskin. Dimana konsep penduduk miskin yang kami gunakan yakni konsep pendekatan kebutuhan dasar,” ujar Atqo di aula BPS Sultra, pada Kamis (4/1).
Dia menuturkan, kebutuhan dasar masyarakat melalui konsep tersebut yakni batas 2.100 kalori per kapita per hari plus kebutuhan non makanan. Dimana non makanan bisa perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan sebagainya. Kebutuhan tersebut di survey menjadi satu paket komoditas dengan kebutuhan dasar untuk makanan diwakili oleh 52 paket komoditas, kemudian untuk non makanan diwakili oleh 47 komoditas.
“Seseorang atau penduduk yang dikategorikan miskin kalau dia berada dibawah garis kemiskinan. Dimana di tentukan melalui pendekatan kebutuhan dasar dan di survey melalui susenas,” kata Atqo.
Dijelaskannya, secara nasional, Sultra termasuk provinsi yang presentase tingkat penurunan penduduk miskin masuk pada delapan terbesar dari Bulan Maret 2017 ke September 2017 yakni terjadi penurunan penduduk miskin sebesar 0,84 poin.
“Artinya kalau di bulan September 2017 penduduk miskin presentasinya sebesar 11,97 persen dan di Bulan Maret 2017 penduduk miskinnya 12,81 persen atau secara angka, kemiskinan di Sultra menurun 18,55 ribu orang,” paparnya.
Dia menambahkan, untuk garis kemiskinan juga mengalami kenaikan artinya walaupun garis kemiskinan mengalami kenaikan tapi jumlah penduduk miskinnya tidak harus ikut naik artinya kesejahteraannya relatif baik.
“Yang menyebabkan komponen-komponen kemiskinan baik di kota maupun di desa adalah beras yakni 23 persen dan rokok 12 persen,” tutupnya.
Reporter: Waty
Editor: Kardin