KENDARI – Muhammad Adul Fitriyansah (2) Warga Kabupaten Muna Barat (Mubar) Sulawesi Tenggara (Sultra) hanya bisa terbaring lemah di atas ayunan. Ukuran kepalanya tidak seperti anak seumurnya, buah hati pasangan La Husadi dan Jelita Yati ini mengidap penyakit hidrosefalus, akibat penumpukan cairan pada rongga otak yang membuat kepala Adul sedikit demi sedikit membesar setiap harinya.
Saat ini Adul dan orangtuanya sedang berada di salah satu Kamar Kos di Lorong Manggarai, mereka sementara menumpang tinggal di asrama kembar itu karena tidak memiliki biaya lebih untuk merujuk Adul ke Rumah Sakit Wahidin, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Awalnya Adul merupakan pasien rujukan dari RSUD Butur ke Kendari, kemudian mendapatkan rujukan ke Makassar, namun karena tidak adanya biaya baik dari Pemerintah Daerah (Pemda) Butur maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Terhitung sekeluarga ini sudah seminggu berada di kendari dengan segala keterbatasan.
Jelita Yati yang ditemui Mediakendari.com Senin (29/10/2018) menceritakan, buah hatinya itu dilahirkan dengan normal, tapi pada umur dua bulan, anaknya terlihat rewel dan diserang penyakit flu. Namun lama kelamaan kepala Adul mulai menunjukan keanehan dengan secara berlahan
mulai membesar. Saat itu kedua orangtuanya langsung membawa anaknya ke Rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatan Adul. Dokter pun, langsung menginformasikan jika anak mereka menderita penyakit hidrosefalus.
“Saat lahir anak saya normal saja, tapi pada umur dua bulan anak saya diserang penyakit hidrosefalus. Saat itu kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena kami tidak punya biaya untuk mengobati anak saya,” katanya dengan raut muka yang sedih.
Saat mereka berada di Butur, tidak ada satu pun pejabat yang tergugah hatinya memberikan bantuan kepada Adul, para pejabat di daerah itu seakan acuh dan melempar tangungjawab untuk membantu keluarga yang tidak mampu. Padahal Ayah Adul, La Husadi merupakan tim pemenangan Bupati Butur saat ini.
“Tidak ada bantuan dari pemerintah Butur, kami dapat biaya untuk mengobatan Adul dari sumbangan keluarga dan beberapa orang dermawan, sehingga anak saya bisa di rujuk di Kendari. Tapi saat ini kami sudah tidak ada biaya lagi,” lanjut Jelita.
Jelita mengaku, Adul dilahirkan dalam kondisi normal, tangisan dan tawaan kerap terdengar dari mulutnya saat umuranya memginjak sampai dua bulan. Namun, kini kedua orang tuanya hanya bisa pasrah dengan kedaan sang anak, mereka hanya mengaharapkan sebuah keajaiban, kerena mereka percaya ini ada ujian dari sang pencipta.
“Anak saya tidak bisa beraktifitas seperti yang dilakukan pada anak sesusianya. Saat ini, anak saya hanya banyak menangis dan tersenyum. Dan anak saya juga tidak boleh makan sembarangan, dia hanya di kasi Air Susu Ibu (ASI) dan bubur. Setiap kali dia menangis kami selalu berusaha menghiburnya, tetapi tetap saja dia menangis. Dan sebagai orang tua kami tentunya mengharapkan kesembuhan anak kami, tapi karena tidak ada biaya, yah mau diapa lagi. Tapi mudah-mudahan saja ada orang dengan iklas mau membantu anak kami agar segera di operasi di Makasaar,” harapnya.
Redaksi