KENDARI – Universitas halu Oleo (UHO) Kendari dinilai lamban dalam mengatasi persoalan peleburan dua fakultasnya. Akibatnya, ratusan mahasiswa melakukan pemboikotan terhadap Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian (FTIP) UHO. Pemboikotan ini terjadi karena beberapa tuntutan mahasiswa tidak terpenuhi saat melakukan demonstrasi pada Senin (20/11) lalu.
Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Muhamad Iksan Diki, pemboikotan dilakukan karena mahasiswa menilai pihak birokrasi kampus sangat lamban dalam memenuhi tuntutan mahasiswa.
“Ini birokrasi kampus lambat sekali tangani kasus Peleburan dua fakultas ini,” ungkap Diki, Kamis (23/11).
Lebih lanjut, Laode Muhamad Diki, menjalaskan, mahasiswa belum merasa puas dengan hasil hearing dengan pihak birokrasi. Hal ini dikarenakan Wakil Rektor (WR) I dan Pusat Tekhnologi, Informasi, dan Komunikasi (Pustik) UHO belum memberikan keterangan mengenai kesenjangan jumlah mahasiswa di Kementerian Riset dan Tekhnologi (Kemenristek) Pendidikan Tinggi (Dikti).
“Saat hearing kemarin, birokrasi belum memberikan kejelasan tentang kasus ini,” tegasnya.
Lambatnya birokrasi Kampus UHO dalam menangani kasus tersebut, menurut Jenderal Lapangan aksi, Muhamad Abas, mahaaiswa dibuat sangat risau dengan isu yang beredar. Sehingga hal ini menyebabkan mahasiswa yang fakultasnya dileburkan tersebut sudah tidak lagi fokus dalam mengikuti proses perkuliahan.
“Dalam perkuliahan, mahasiswa sudah sangat tidak fokus belajar, karena selalu memikirkan kejelasan daripada kasus peleburan fakultasnya,” tambah Abas.
Abas juga menjelaskan, menyikapi persoalan ini, perkuliahan mahasiswa sangat tidak efektif sehingga dalam pelaksanaannya memberi dampak bagi mahasiswa itu sendiri.
“Dengan demikian, untuk sementara waktu perkuliahan harus dihentikan sebelum adanya kejelasan mengenai status FTIP ini,” tegas Abas.
Reporter: Samsul Murila
Editor: Jubirman