Redaksi
Selayar – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siber kreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 10 Juni 2021 di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali adalah “Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial”.
Sejumlah narasumber yang dihadirkan dalam webinar ini diantaranya jurnalis VIVAco.id, Endah Lismartini; Kepala Perpustakaan Institut Pemerintah Dalam Negeri Kampus Sulawesi Utara, Piet Hein Pusung; CEO Banuamentor, Nur Rina Maskayanti; dan Indah Febriany yang merupakan pendiri The Emotional human Reaction in reflecting Incident (Teh Riri). Episode kali ini diikuti oleh 169 peserta dari berbagai kalangan. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.
Pemateri pertama adalah Endah Lismartini yang membawakan tema “Positif, Kreatif, dan Aman Berinternet”. Dalam paparannya, ia mengajak pengguna media sosial untuk terus membagi konten-konten positif karena itu bisa berdampak positif kepada pemilik akun media sosial dan pengguna lainnya. “Meskipun media sosial sangat gaduh, tetapi menyebarkan hal-hal positif akan tetap direspon dengan positif,” ujarnya.
Berikutnya, Piet Hein Pusung menyampaikan materi “Digital Ethics: Bebas Namun Terbatas (Bertanggungjawab), Berekspresi di Media Sosial”. Dia mengingatkan pengguna media sosial untuk menjaga privasi dan keamanan akun, menyaring informasi berulang kali, serta disiplin dalam menggunakan media sosial, termasuk disiplin waktu. “Kita harus punya filter. Pastikan informasi yang kita dapatkan harus dicek ulang. Kita harus juga mengingat waktu jangan sampai keasyikan bermain di dunia maya lalu lupa bersosialisasi di dunia nyata,” ucapnya.
Sebagai pemateri ketiga, Nur Rina Maskayanti memberikan paparan berjudul “Penggunaan Bahasa Baik dan Benar di Dunia Digital”. Menurut dia, sampai tidaknya informasi yang disampaikan melalui media sosial akan sangat bergantung pada cara penyampaiannya. “Dunia digital memungkinan terjadinya multitafsir. Konten yang baik belum tentu diterima dengan baik. Inginnya bersenang-senang malah bisa berujung di ranah hukum,” tuturnya.
Adapun Indah febriany, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Digital Safety: Kenali dan Pahami Jejak Rekam di Era Digital”. Ia mengingatkan apapun kiriman yang ditampilkan di media sosial akan mewakili diri kita. Media sosial adalah platform untuk membangun merek yang efektif. “Jangan pernah mempertaruhkan reputasi diri kita hanya karena kita mau bilang ini salah untuk kiriman orang lain atau hal negatif lain. Bangunlah rekam jejak digital kita sesuai apa yang kita butuhkan dan apa yang bisa kita lakukan. Tentukan apa yang paling cocok,” ucapnya