DaerahKONAWE UTARANEWS

Lumpur Tambang Hantam Desa Mandiodo di Konut

672
Halaman SD 5 Molawe di Desa Mandiodo Kecamatan Molawe, Konawe Utara penuh lumpur setinggi tumit akibat jebolnya penambangan di IUP PT Cinta Jaya. Foto : Istimewa.

Reporter: Mumun / Editor: La Ode Adnan Irham

WANGGUDU – Warga Desa Mandiodo, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), harus menerima dampak diduga aktivitas penambangan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Cinta Jaya.

Pasalnya, hampir seluruh wilayah Desa Mandiodo dihantam lumpur yang diduga dari jebolnya sebuah penambangan, Sabtu malam 4 April 2020.

Kepala Desa Mandiodo, Slamet Riyady mengatakan, hampir seluruh rumah warga dihantam lumpur, disebapkan tidak adanya septy bum yang dibuat perusahaan untuk menahan lumpur.

“Ada dua kontraktor di IUP nya PT Cinta Jaya. Sebenarnya kelalaian penambang. Karena septy bumnya tidak ada,” katanya, Senin sore 6 April 2020.

Menurut Slamet, saat kejadian selain lumpur setinggi tumit yang menghantam rumah warga, air dari gunung juga ikut masuk ke halaman warga.

“Kalau masalah lumpur cuman setinggi tumit, tapi itu dengan airnya,” ujarnya.

Meski pihak perusahaan langsung menurunkan alat beratnya pada kejadian itu. Namun, itu semua masih jauh dari yang diharapkan.

“Belum sepenuhnya sesuai harapan ke kami yang terdamfak. Bagaimanakah lumpur. Baru tauji Mandiodo dulunya kan pasir putih bagus, baru turun lumpur,” terangnya.

Sementara itu, Kepala SD 5 Molawe, Ima Hakim, geram dengan sikap perusahaan. Pasalnya, seluruh halaman sekolahnya ditutupi lumpur setingga tumit.

“Dia longsor, dia jebol, halaman sama teras, lumpur dia lewati mata tumit,” ujarnya.

Dia merasa kesal, pihak perusahaan telah berjanji untuk mengeruk lumpur di halaman sekolah. Namun, janji tinggal janji karena hingga Minggu sore 5 April 2020 dirinya menunggu niatan baik perusahaan tapi tak kunjung ada.

“Tadi pagi mereka datang langsung kasih turunkan pasir, mereka tidak bersihkan dulu lumpurnya,” kesalnya.

Selaku pimpinan SD 5 Molawe, dirinya merasa dirugikan atas ulah perusahaan tambang. Karena gedung sekolah tempat mengenyam pendidikan harus kotor karena lumpur.

“Dirugikan toh. Itu saja gedung yang baru direhab langsung kotor dindingnya. Itu juga gedung lain baru saya selesai cet langsung kotor,” tutupnya.

Hingga berita ini ditayangkan, awak media ini belum dapat mengkonfirmasi pihak perusahaan terkait persoalan tersebut.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version