FEATUREDNASIONAL

Menkominfo Optimis Melalui SMSI Dapat Memitigasi Berita Hoax

486
×

Menkominfo Optimis Melalui SMSI Dapat Memitigasi Berita Hoax

Sebarkan artikel ini

JAKARTA – Kehadiran Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) diumurnya yang ke tiga tahun ini kini tengah melakukan berbagai upaya untuk terus menciptakan media siber yang profesional sekaligus menjadi sumber informasi digital utama masyarakat khususnya yang ada di indonesia.

SMSI sendiri bertujuan sebagai wadah perhimpunan perusahaan media Siber diseluruh Indonesia sekaligus berorientasi membangun media siber yang profesional. Dengan kehadirannya yang ke tiga tahun ini, kini SMSI sudah membentuk perwakilan kepengurusan atau cabang di 32 Provinsi di Indonesia.

SMSI didirikan di Banten pada tanggal t07-03-2017 yang  berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia. Gedung Dewan Pers Lt. VI Jl. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta Pusat.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara menturkan mengenai revolusi digital sudah barang tentu tidak bisa dihindarkan dari berbagai tantangan nagatif terkait berita hoax namun begitu, ia mengaku optimis dengan kebersamaan mampu sama-sama diatasi.

“Media digital ini memberikan dampak positif maupun negatif namun yang negatif tentu kita bisa mitigasi atau atasasi sama sama,” ujarnya saat kepada awak media di Hotel Sari Pasifik Jakarta pusat, Rabu (25/7/2018).

Selain itu Rudiantara juga mengaku bangga dengan kehadiran SMSI berbarengan dengan itu berita palsu (Hoax) dapat dimitigasi melalui berbagai cara, diantaranya mulai dari ferivikasi maupun falidasi bahwa apakah berita tersebut benar atau tidak.

“Saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh teman-teman SMSI yang membuat suatu ruang bersama, justru disitu falidasi,  ferivikasinya,  kalo menurut saya tetap akan jalan dan akan membantu memitigasi beredarnya berita palsu (hoax),” punkasnya.

Rudiantara juga menambahkan bahwa, “Media yang memunculkan berita hoaks, kita tidak boleh takut, justeru kita lawan,” tambahnya.

Ia menjelaskan mengenai revolusi digital tidak bisa dihindarkan, karena itu pasti terjadi di Indonesia bahkan pemerintahpun melakulan akselarasi pembangunan infastruktur Internet berskala cepat diseluruh Indonesia agar segera dioperasikan pada awal 2019.

“Kita ini bulan depan merayakan kemerdekaan 73 tahun dari penjajahan, tetapi dari internet kita belum merdeka maka di 2019 awal kita harus merdekan,” tutur Rudiantara.

Dalam kontek media bisa di hindarkan juga media ini akan beralih memanfaatkan digital.

“Nah kembali sekarang bukan masalah mediumnya, dari mediumnya cetak, mediumnya online, dari mediumnya elektronik, televisi radio,  media sosial. semuanya akan berpindah tetapi yang paling penting bagi kita sama-sama perbaiki sumberdaya manusia,”

Di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kemerdekaan pers menghadapi tantangan dan ritangan yang cukup berat, karenanya kode etik jurmalis harus tetap dijunjung tinggi.

Kaya Rudiantara, pertukaran gagasan dan pendapat di tengah masyarakat hanya bisa bermakna membangun, bila dilakukan melalui media massa yang profesional dan dikelola oleh orang-orang yang profesional.

“Jadi jangan sampai teknologinya berubah tetapi kualitas sumber daya manusianya atau kapasitas insan media persnya tidak terjaga karena itu saya sudah sampaikan bahwa kode etik yang harus dipegang oleh kita semua,” tegasnya.

Rudiantara juga menyebukatkan bahwa, “Jangan lupa juga riset terakhir yg dikeluarkan wordekonekforum bulan februari di Indonesia ini, khusus media mindset itu kepercayaannya meningkat dari dua persen menjadi 86 atau nomor dua di dunia. Sedangkan media platfom, media soasial kepercayaannya masyarakatnya itu menurun 2% di indonesia,”ungkapnya.

“Ini harus di manfaatkan oleh teman2 yang tadinya media mainstrem, yang sumberdaya manusiannya ada disana agar segera beralih ke media online. Jadi ini menurut saya modal yang bagus yang berasal dari media mainstrem harus segera dimanfaatkan. Segera beralih kepada media online,” tutupnya.


Reporter : Suriadin

You cannot copy content of this page