Reporter: Ardilan
Editor : Def
BAUBAU – Rumah Sakit (RS) Siloam Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga kini belum bisa menerapkan tranplantasi ginjal bagi pasien penderita gagal ginjal untuk daerah Kepulauan Buton (Kepton). Hal tersebut dikarenakan masih minimnya fasilitas yang tersedia di RS tipe C ini.
Baca Juga :
- Usai Jalani Pemeriksaan Tes Psikologis di RS Bahteramas, Paslon HADIR Siap Gas Full di Pilkada Konawe
- Pj Gubernur Andap Budhi Revianto Berhasil Resmihkan Penggunaan Gedung Manajemen Administrasi dan Poliklinik RS. Jiwa Provinsi Sultra
- Cegah Banjir, Pemerintah Kecamatan Kendari Barat Terus Bersihkan Saluran Drainase
- Informasi Terkait Pasien Meninggal karena Obat Terlarang di RS Jiwa Sultra adalah Hoaks
- Pemprov Sultra Bahas Target Perluasan Kepesertaan JKN-KIS
- Sultra Beresiko Penularan DBD, Pj Gubernur Peringatkan Semua Pihak
Salah satu dokter di RS Siloam, dr. Denny Emilius mengatakan, pihaknya belum bisa menerapkan transplantasi ginjal karena masih minimnya fasilitas dan tenaga ahli di RS Siloam.
“Transplantasi ginjal belum bisa kita lakukan karena keterbatasan fasilitas serta tenaga ahli. Jadi di Siloam kita cuma melakukan cuci darah bagi penderita gagal ginjal,” ucap dr. Denny kepada sejumlah wartawan digiat media Gathering disalah satu tempat di Baubau, Kamis (14/3/2019) malam.
Selain transplantasi, bagi penderita gagal ginjal, kata dia, satu-satunya cara pengobatan penyakit ginjal ialah Hemodialisis (cuci darah, red) yang rutin. Pihaknya melayani pelayanan cuci darah selama enam hari dalam sepekan yakni, Senin sampai Sabtu.
“Cuci darah ini ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Kalau yang tidak punya BPJS itu, untuk RS tipe C seperti Siloam biaya sekali tindakan cuci darah Rp 1,6 juta,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penyebab seseorang menderita gagal ginjal beragam, mulai dari diabetes, kencing manis, hipertensi atau tekanan darah tinggi, kista dan infeksi disekitar ginjal.
“Diabetes menjadi menyebab paling besar gagal ginjal yakni sekitar 43 persen. Gagal ginjal ada dua yaitu akut yang gejalanya secara tiba-tiba serta kronik atau bawaan. Kalau sudah kronik harus cuci darah supaya racun dalam ginjal bisa keluar,” urainya.
Baca Juga :
- Polres Baubau Ringkus Nelayan Asal Buteng Terduga Curanmor
- TNI/Polri Siap Tindaki yang Menghalangi Pengembangan Bandara Betoambari
- Pemkot Baubau Belum Bisa Selesaikan Persoalan Honor RT/RW Hingga Triwulan Kedua
- Mulai Luncurkan Sertifikat Elektronik, BPN Baubau : Lebih Unggul dari Sertifikat Manual
- Pelaku Penganiayaan Pasutri di Muna Dijatuhi Hukuman 8 Bulan Penjara
- Sediakan Panggung Ekpresi, Murid SDN 1 Baadia Tonjolkan Kearifan Lokal
Dia menambahkan, gagal ginjal kronik atau faktor turunan menjadi persoalan paling sulit untuk diatasi. Dia juga menerangkan, saat ini tercatat 30 pasien penderita gagal ginjal rutin cuci darah di RS Siloam dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana, satu diantaranya telah kirim untuk mengganti ginjal ke Jakarta.
“Karena belum ada fasilitas untuk transplantasi ginjal serta tidak ada tenaga ahli untuk menangani itu jadi kita kirim kesana. Pelayanan cuci darah mulai kami lakukan sejak tahun 2017 lalu. Tiap tahun meningkat 53,5% sampai 60%. Tapi cuma 53,5% saja yang mau melakukan cuci darah,” tandasnya. (A)