KendariMETRO KOTA

Nasib Anak di Kota “Layak Anak” Kendari, Jadi Kuli Panggul Untuk Beli Baju Lebaran

670
×

Nasib Anak di Kota “Layak Anak” Kendari, Jadi Kuli Panggul Untuk Beli Baju Lebaran

Sebarkan artikel ini
Beberapa anak yang sedang mengangkat barang barang penumpang di Pelabuhan Ferry. Senin, 8/5/2019 Kendari (Hendrik B mediakendari.com)/b

Reporter: Hendrik B

Editor : Kang Upi

KENDARI – Meski Kota Kendari telah meraih status Kota Layak Anak (KLA) tahun 2018 lalu dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, namun kehidupan anak di kota ini belum sepenuhnya hidup layak.

Masih banyak diantaranya yang terpaksa harus putus sekolah karena kesulitan ekonomi, dan sebagian lainnya malah harus menjadi tulang punggung keluarga dengan mencari nafkah.

Pemandangan anak yang seharinya harus berkelahi dengan waktu demi mencari sesuap nasi ini, umum terlihat di sejumlah pelabuhan, salah satunya Pelabuhan Ferry Kendari.

Ditempat ini, tidak kurang dari puluhan anak bekerja serabutan dengan menjadi kuli panggul barang milik penumpang. Tubuh yang mungil nampak ringkih ditimpa dus, atau karung besar milik para penumpang.

Namun hal itu terpaksa dijalani. Sebab, menghadapi Bulan Ramadhan yang diakhiri dengan momen lebaran, banyak diantara mereka ingin menyambutnya dengan gembira.

Tapi bagi sebagian anak ini, kegembiraan saat lebaran harus diperjuangkan dengan cucuran peluh dibawah terik, misalnya saja seperti yang dilakukan Irsan, seorang kuli panggul berumur 10 tahun.

Saat ditemui mediakendari.com, Irsan mengaku bekerja keras dengan menjadi kuli panggul karena ingin membeli baju baru, yang akan digunakan untuk lebaran.

“Saya dapat upah sehari sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Uangnya saya kumpulkan, nanti tiba lebaran saya buka untuk beli baju lebaran,” kata anak yang masih duduk dibangku SD kelas 5 ini.

Salah seorang kuli panggul lainnya, Agis (9) juga mengutarakan hal senada. Bahwa dirinya juga ingin gembira dengan memakai baju baru saat lebaran, seperti anak lainnya.

Ia juga menjelaskan, dalam sekali mengangkut barang dirinya diberikan upah sebesar Rp 4 ribu. Untuk mengumpulkan hasil yang cukup untuk ditabung sebagai persiapan lebaran, Agis mengaku harus bekerja dari pagi hingga menjelang sore.

Baca Juga :

“Saya terkadang diberi upah sebesar Rp 4 ribu hingga Rp 10 ribu,” terang Agis yang masih duduk di Kelas IV SD.

Agis dan Irsan adalah dua potret anak yang kehidupan ekonominya kurang beruntung. Keduanya hanya bagian kecil dari puluhan anak yang bernasib sama.

Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk membantu mereka untuk tetap tinggal dan belajar di rumah, tanpa harus mencari lelah demi selembar baju saat lebaran. (B)

You cannot copy content of this page