KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Petani rumput laut di Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluhkan mata pencairan mereka yakni budidaya Tanaman Rumput Laut atau Agar ini tiba-tiba mati dan rontok, rusak dan gagal mendadak.
Bahkan nelayan Sero atau Karamba juga menemukan adanya puluhan ikan tiba-tiba mati mendadak di sekitar perairan Sero di Tanjung Tiram.
Salah satu Petani Rumput Laut di Desa Tanjung Tiram, Rohali (41), menduga peristiwa ini terjadi akibat adanya tumpahan atau kebocoran bahan kimia dari perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PT DSSP Power Kendari yang beroperasi di sekitar desa pada 26 Juni 2023 silam.
“Ada rumput laut di sana itu milik warga (mertuanya ketua BPD Tanjung Tiram, red) dan punya saudara saya tiba-tiba hancur dan mati. Biasanya kalau penyakit atau hama pasti ada prosesnya dan bertahap, ada juga tanda-tandanya kalau penyakit, tapi ini langsung rontok begitu saja dan mati,” bebernya saat ditemui di lokasi, Rabu (05/07/23).
Ia membebekan, penyebab matinya rumput laut budidaya tersebut karena penyakit pasti sudah lama diketahui dan tidak mendadak. Tapi kenyataan seluruh tunas baru rumput laut langsung rontok dan mati, sehingga menjadi suatu peristiwa yang langkah dan aneh. Mereka duga pengaruh zat kimia dari PT DSSP tersebut.
“Bisa jadi ini karena pengaruh zat-zat kimia, kalau penyakit Agar bukan seperti ini serangannya, ini tanaman hancur semua secara mendadak dan cepat baru ini sudah masuk musim panen kasian,” jelas Rohali.
Diperkirakan jarak antara tempat budidaya rumput laut warga dengan wilayah zona perairan PT DSSP Power agak jauh sekira 500 meter. Namun diduga matinya rumput laut tersebut tidak lain karena akibat terkontaminasi dengan bahan kimia.
Selanjutnya para warga juga menemukan ikan-ikan di sekitar tempat budidaya banyak mati. Di tempat Sero atau Karamba nelayan, biasanya yang terjaring adalah ikan hidup tapi justru sebaliknya, ikan mati dan hitam sebelah, mata membengkak yang ditemukan.
Sementara itu, nelayan lainnya ikut mengeluhkan ikan yang tidak makan umpan selama 10 hari terakhir ini.
Menurut dia, zat kimia tersebut tidak hanya merusak rumput laut tetapi juga terumbu karang dan rumput laut ikut tercemar.
“Selama saya melaut sudah bertahun-tahun baru saat ini saya lihat ikan hitam sebelah dan bengkak matanya begitu di Sero. Kejadiannya itu sekitar 10 hari lalu. Jadi sekarang itu susahmi kita mau dapat ikan, itupun hanya untuk kebutuhan sehari-hari, kalau untuk di jual tidak adami,” ucap nelayan lain, Razak (57).
Akibat dari kejadian tersebut petani rumput laut terpaksa harus gagal panen. Padahal saat ini merupakan musim panen. Selain itu, nelayan kesulitan untuk mendapatkan ikan saat melaut. Parahnya lagi, ikan yang didapatkan sudah tidak laku dan berharga di pasarkan karena adanya stigma ikan yang didapat telah tercemar limbah kimia sehingga takut untuk dikonsumsi.
Lain lagi, warga yang melaut dan menyelam ke dasar laut juga merasakan hal yang berbeda ketika kembali ke permukaan, muka terasa berkapur dan tebal. Kaya ada zat di dalam laut yang menempel di wajah.
Berdasarkan informasi yang dihimpun media ini, peristiwa kebocoran bahan kimia dari PT DSSP Power terjadi pada 26 Juni 2023 dini hari. Pasca terjadinya tumpah bahan kimia itu paginya nelayan banyak mendapati berbagai jenis ikan mati yang terapung, mulai dari ukuran kecil hingga besar.
Warga meyakini jika matinya ikan tersebut karena pengaruh aktivitas Bom ikan pasti tidak akan dibiarkan berserakan di lautan.
“Kalau Bom itu ada sebagian ikan yang tidak mati , seperti ikan Buntal atau Buntuti (nama lokal,red). Tapi ini semua jenis ikan ada, bahkan ikan karang saja mati,” beber nelayan lain.
Kejadian tersebut warga telah melaporkan kepada pemerintah desa setempat. Atas dasar situ, pada 3 Juli 2023, Pemerintah Desa bersama BPBD Desa, telah mengundang Camat Moramo Utara, petugas keamanan setempat, tokoh masyarakat dan masyarakat nelayan, serta pimpinan dan pihak perusahaan untuk rapat bersama membahas keluhan masyarakat itu di Balai Desa Tanjung Tiram.
Pada pertemuan tersebut, Pimpinan PT DSSP Power yang dihadiri oleh I Made Wahyu Avandana (Plant Head DSSP Power 3 Kendari) mengakui adanya telah terjadi kebocoran bahan kimia pada 26 Juni 2023 dini hari atau Subuh akibat kerusakan pada pipa sambungan Tangki penyimpanan bahan kimia yang kebetulan berada di dekat laut, tapi jumlahnya sedikit.
Bahan kimia tersebut adalah NaOcl atau Clorin (NaOcl) merupakan senyawa kimia yang sangat efektif digunakan untuk pemurnian air, untuk skala besar senyawa ini digunakan sebagai bleaching, odor removal,dan juga sebagai desinfektan.
“Pada kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan nama pemutih. Sementara pada penggunaan di PLTU digunakan untuk menjaga pipa dibawah laut agar tidak ditumbuhi lumut atau ganggang, peruntukan bahan kimia ini sangat aman untuk biota laut dan lazim untuk digunakan di pembangkit listrik tenaga uap seperti di PLTU,” ungkapnya dilansir dari laman Tajuk Peristiwa.com.
Pada kesempatan itu, pihak perusahaan juga mengakui telah melakukan uji laboratorium secara internal terkait kualitas kadar air laut pasca adanya kebocoran didapatkan hasilnya 0,17 mlgr/liter. Sementara jika merujuk pada standar kualitas air laut dari kementerian lingkungan hidup adalah 0,5 mlgr/liter artinya masih jauh dari baku mutu yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, sehingga sesuatu hal dikatakan pencemaran jika hasil uji kualitas air laut jauh melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan Kementerian kemudian dapat dikatakan pencemaran.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, tumpahan bahan kimia tersebut bukan dalam jumlah sedikit melainkan dalam jumlah banyak sehingga bisa menyebabkan kematian biota-biota laut. Diperkirakan jumlah tumpahan itu bisa mencapai 10 s.d 20 ton jika melihat dari dampak yang ditimbulkan.
Bahkan, berdasarkan informasi yang beredar, untuk menghilangkan jejak akibat dari peristiwa tersebut petugas perusahaan telah mengumpulkan bangkai-bangkai ikan disekitar perairan untuk dimusnahkan.
Secara terpisah, CSR & External Relation PT DSSP Power, Risal Akbar, mengakui adanya peristiwa terjadinya tumpahan bahan kimia itu dan sudah di jelaskan oleh pihak manajemen perusahaan kepada masyarakat. Namun dia belum bisa menjelaskan secara detail terkait peristiwa tersebut karena sedang tugas di luar daerah.
“Siap. Saya kemarin juga nggak ikut pertemuannya mas karena sedang di Makassar. Tapi dari Manajemen kami sudah menjelaskan ke masyarakat secara detail yang dihadiri langsung oleh Camat dan tokoh-tokoh masyarakat,” ungkapnya saat dihubungi via WhatsApp oleh awak media, Rabu (5 Juli 2023).
Risal menyampaikan, sejak masa konstruksi hingga saat ini perusahaannya selalu mematuhi aturan-aturan terkait tenaga kerja dan lingkungan. Bahkan, katanya, sejak beroperasi secara komersil di tahun 2019 PT DSSP Power juga selalu diawasi oleh instansi-instansi terkait di Provinsi Sultra.
“Penjelasan secara teknis sudah dijelaskan oleh manajemen kami pada saat dialog dan setau saya ada notulensinnya. Yang bisa saya jawab, kami selalu melakukan monitoring terhadap kualitas air laut di lokasi kami dan angkanya selalu menunjukkan bahwa kualitasnya masih masuk dalam standar yang ditetapkan,” terangnya.
Reporter : Rahmat R.