Reporter: Supriyadin Tungga /Editor: Kang Upi
KONAWE UTARA – Masih lekat dari ingatan Udin (46), warga Kelurahan Puuwanggudu, Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara (Konut), bagaimana banjir bandang meluluhlantakan harta benda miliknya.
Diakui Udin saat ditemui MEDIAKENDARI.com di kedaiamannya, Senin 15 Maret 2020, dirinya tidak pernah menyangka jika wilayah yang sudah puluhan tahun ditinggalinya itu akan diterjang banjir.
Ketidaksangkaanya ini menyebabkan dirinya harus merelakan kehilangan harta benda, bahkan sawah yang menjadi tumpuan hidupnya, yang telah habis tersapu banjir yang melanda Juli 2020 itu.
Menurutnya, atas bencana yang menyapu harta bendanya itu dirinya harus mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. Dan tidak hanya itu, bencana banjir itu pun memaksanya berganti profesi.
“Saya dulu juga seorang petani sawah tetapi karna sawah saya sudah tidak bisa diolah ya saya pindah profesi kembali jadi tukang mobiler supaya tetap bertahan hidup,” terang Udin.
Akibat bencana itu, Udin mengaku jika dirinya cukup trauma. Kini pun dirinya mengaku menjalani hari-hari di tempat tinggalnya itu dengan perasaan was-was dan selalu waspada.
Perasaan was-was itu, kata Udin, bahkan selalu menghantui sehingga dirinya dan warga lainnya tidak ingin lagi tinggal di kawasan tersebut, dan segera pindah ke tempat yang lebih aman.
“Semoga pemerintah bisa cepat selesaikan program pembuatan rumah hunian untuk warga yang di kena banjir supaya segera pindah dan bisa hidup yang damai dan aman karena sudah tidak ingin lagi tinggal di desa itu,” terang Udin.
Tidak hanya itu, Udin juga mengaku menunggu bantuan jaminan hidup (Jadup) dari Pemda Konut yang diberikan untuk warga korban banjir, yang sampai saat ini belum diterimanya.
“Sampai saat ini belum terima, padahal katanya setiap kepala itu dapat uang Rp 10 ribu per harinya. Katnya di desa – desa lain sudah dapatkan program bantuan itu,” ungkap Udin.
Kondisi serupa juga dialami warga eks korban banjir lainnya, Madiinu, warga Desa Wanggudu Raya, Kecamatan Asera, yang juga mengaku kehilangan harta benda akibat banjir bandang yang melanda desanya.
Menurutnya, banjir yang datang tanpa disangka itu bahkan merenggut harta tumpuan hidup satu-satunya yakni sepetak ladang pertanian, yang kini tidak bisa diolah lagi karena rusak parah.
Madiinu yang mengaku jika dirinya kini menganggur karena tidak memiliki keahlian lain. Dirinya kerap berkeliling menemui kolega untuk meminjam lahan agar bisa diolahnya untuk bertanam palawija.
“Kiranya ada dermawan yang berbaik hati apakah itu dari pemerintah maupun sesama warga untuk meminjamkan lahan kosong supaya bisa kembali bercocok tanam seperti dulu,” harap Madiinu.
Kepada MEDIAKENDARI.com, Madiinu menceritakan jika dirinya membutuhkan lahan untuk diolah, karena harus membiayai kedua putrinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Dua masih sekolah dasar (SD), satu nya sudah selesai sekolah menegah atas (SMA) dengan status pengangguran,” ungkap Madiinu.
Bahkan karena ketidakadaan biaya, putri tertuanya kini terpaksa harus memupus harapannya untuk melanjutkan kuliah dan memilih menganggur di rumah, setamatnya dari bangku SMA.
“Saya mengharapakan pemerintah semoga bisa memberikan bantuan pendidikan untuk anak saya supaya tetap bisa menyambung sekolanya,” tutur Madiinu, dengan wajah sendu. /A