OPINI

OPINI: Jokowi Dikepung, Kemana Suara Elite Partai Pengusung?

785
Opini: Jokowi Dikepung, Kemana Suara Elite Pengusung? Oleh: Fikram Kasim (Mahasiswa Universitas Nasional Jakarta)

Oleh: FIKRAM KASIM
MAHASISWA PASCA ILMU POLITIK
UNIVERISTAS NASIONAL JAKARTA

Saya tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Presiden Joko Widodo saat ini. Manakala seluruh hidupnya telah diwakafkan untuk kemajuan bangsa ini, tapi tetap saja sejuta gangguan menghadang niat baiknya. Silih berganti cobaan menghadang dan tentu saja semua itu benar-benar menguras energi dan pikirannya. Ketangguhan seorang Jokowi sedang diuji saat ini. Gelombang serangan dan hinaan selama masa kampanye berakhir, kemudian muncul lagi iringan ombak berbuih mengguncang keteguhannya.

Kerusuhan di Papua yang sampai saat ini masih membara, kebakaran hutan dan lahan serta demonstrasi bergelombang yang saat ini masih terus mengguncang, menurut saya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang sengaja didesain oleh beberapa kelompok yang menjadikan Jokowi adalah musuh bersama. Kelompok taipan sembilan naga, kelompok mafia migas dan kartel, kelompok pro khilafah dan kelompok barisan “sakit hati” di kalangan petualang politik dan militer saat ini sedang bersatu, bahu membahu berusaha menggergaji kursi kepresidenan Jokowi. Mereka saya sebut saja sebagai Kelompok Serigala Jahat.

Isu UU KPK atau RUU KUHP dan RUU yang lain hanyalah kamuflase yang digunakan Kelompok Serigala Jahat itu untuk mengguncang negeri. Mereka menggunakan runner kacangan seperti kelompok alumni perguruan tinggi, LSM, media, mahasiswa, pelajar dan kaum buruh untuk mengepung Jokowi dari delapan penjuru mata angin. Semua masalah diarahkan ke Jokowi. Jokowi telah sengaja dijadikan sasaran tembak dari semua arah.

Hanya sayangnya, dalam keadaan riuh seperti ini, Presiden Jokowi tidak didampingi oleh pembantu strategis yang mumpuni. Yang paling mencolok adalah lemahnya deteksi dini dari aparat intelijen negara. Sehingga sering terlihat banyak hal, terlihat pemerintah seperti kebobolan dan gagap menangani beberapa kasus yang terjadi. Kasus Papua, dampak kasus pengesahan revisi UU KPK dan skenario gerakan mahasiswa dan massa yang sudah pasti direncanakan jauh-jauh hari oleh Kelompok Serigala Jahat, seolah tidak mampu dideteksi oleh aparat intelijen negara. Ada apa atau apa ada…?

Dalam suatu kesempatan kepada orang terdekatnya Presiden Jokowi pernah bicara :
“Saya ini apa sih, di DPR gak punya teman. Saya juga bukan orang partai. Saya kan cuma rakyat biasa yang bekerja untuk rakyat juga. DPR bikin RUU, saya yang harus sahkan. Saya diprotes, semua menekan. Maka saya cuma bisa menunda agar digodog lebih baik. Mana mungkin saya baca semua RUU? Saya bukan orang yang tahu semua hal, saya manusia biasa yang jauh dari sempurna. Saya hanya ingin mewakafkan hidup saya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara”.

Secara jujur saya melihat dalam kondisi seperti ini, Presiden Jokowi seolah dibiarkan sendiri. Pertanyaannya, kemana suara pembelaan dari para Partai Pengusungnya? Bukankah mereka dulu mendapatkan imbas positif kenaikan elektabilitas dengan membonceng nama besar Jokowi pada Pemilu 2019 lalu? Apakah semua ini terjadi karena keinginan mereka kurang diakomodasi oleh Jokowi untuk mendapatkan jatah kursi di Kabinet Kerja Jilid II? Secara subyektif, saya menduga keras, hal itulah yang sedang terjadi.

Dalam keadaan yang silang sengkarut begini yang diperlukan dari seorang Jokowi adalah keteguhan hati untuk tegas mengambil sikap secara terukur. Tapi betapapun ruwetnya masalah yang sedang terjadi, benang kusut ini masih bisa diurai satu persatu. Kuncinya, Presiden Jokowi harus tenang, tegar dan fokus mengatasi gejolak politik ini. Presiden Jokowi harus yakin bahwa posisi beliau secara konstitusional sangat kuat. Dari semua aspek dan parameter yang saya hitung cermat, hampir mustahil Kelompok Serigala Jahat itu mampu menjegal Kepresidenan Jokowi.

Dan satu hal yang penting Presiden Jokowi harus berbesar hati bahwa secara obyektif mayoritas rakyat, TNI dan Polri saat ini solid berdiri kokoh melindungi Presiden Republik Indonesia yang sah. Dan yang terpenting juga kita semua harus yakin dan men-sugesti diri bahwa Jokowi adalah kehendak terbaik Tuhan kepada Bangsa Indonesia.

Siapapun tidak ada yang mampu melawan kuasa Tuhan, apalagi hanya sekelas kelompok oposisi yang tidak menginginkannya menjadi presiden RI.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version