Reporter : Kardin
Editor : Kang Upi
KENDARI – Guna mendukung pengembangan wisata bawah laut Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). EcoDiver Sultra bakal mengadakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) selam dan Muna Underwater Expedition pada tanggak 14 – 22 Januari 2019.
Ketua EcoDiver Sultra, Parisa menuturkan, mengingat Kabupaten Muna adalah wilayah kepulauan, maka pulau, pantai, panorama laut dan potensi keindahan bawah laut berupa hamparan ekosistem terumbu karang merupakan objek wisata andalan apabila terkelola dan dikembangkan secara bijak dan berkelanjutan.
Katanya, Kabupaten Muna memiliki pulau-pulau kecil, baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Di beberapa pulau dan pesisir pantai terdapat pesona keindahan bawah laut berupa hamparan ekosistem terumbu karang yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan sebagai spot wisata bahari seperti diving (menyelam) dan snorkling.
“Tapi potensi wisata tersebut belum tereksplorasi dan terekspose ke insan penggiat wisata diving dan snorkling, baik wisatawan domestik maupun manca negara,” ujarnya saat ditemui di Kendari, Jumat (04/01/2019).
Parisa juga mengatakan, di antara objek-objek dan spot wisata tersebut yakni Pulau Munante, Pulau Lima, Labulawa dan pesisir Tanjung Labora yang memiliki hamparan ekosistem terumbu karang yang baik untuk dijadikan spot wisata diving serta snorkling potensial.
Selain itu lebih lanjut Parisa, pesona danau ubur-ubur Lohia yang langka dan situs bangkai kapal tenggelam (Wreckdive) pada zaman penjajahan Belanda juga menyimpan pesona wisata yang jarang ditemukan di dunia dan belum terekspose secara masif ke penggiat wisata alam dan peneliti (Researcher) ubur-ubur tak menyengat ini yang bisa dijadikan daya tarik dan modal besar untuk dijadikan sebagai objek wisata unggulan yang langka di dunia.
“Saat ini kan hanya ditemukan di dua lokasi terdapatnya danau ubur-ubur yaitu di Pulau Kakaban Kalimantan Timur dan di Missol Raja Ampat Papua, padahal di Muna juga ada,” ungkap salah satu penggiat wisata selam ini.
Terlebih kata Parisa, di bawah laut pulau Muna terdapat beberapa situs bangkai kapal tenggelam (Wreckdive) yang terdapat di perairan laut yang tak jauh dari pusat kota Raha, di mana tempat diving seperti itu merupakan spot primadona bagi wisatawan selam dunia yang jarang terjamah dan bahkan terdengar asing bagi warga lokal.
Selain itu, di perarairan Selat Spelman yang terletak di Kabupaten Muna juga merupakan jalur migrasi penyu dan mamalia laut seperti Paus Sperma, Whale Shark (Hiu Paus) dan Lumba-Lumba pada setiap tahunnya dalam periode waktu tertentu.
Justifikasi sebagai jalur migrasi ini juga kata Parisa, diperkuat dengan penuturan nelayan setempat yang menyatakan bahwa pada bulan November 2018 lalu terlihat sepasang ikan Paus melintas di perairan Selat Spelman Kabupaten Muna yang berlangsung setiap tahun dan juga terdamparnya seekor Whale Shark (Hiu Paus) di Pulau Khogholifano beberapa bulan lalu.
“Pastinya fenomena seperti ini dapat menjadi nilai tambah daya tarik wisata bahari suatu daerah. Kawasan objek wisata yang ada ini sangat baik dan berpotensi untuk pengembangan ekowisata bahari,” ujar Alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) ini.
Olehnya itu katanya, untuk mendukung visi dan misi Pemerintah Kabupaten Muna dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra yang saat ini fokus mengembangkan sektor pariwisata guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat setempat, serta Kementerian Pariwisata yang bertekad menjadikan Indonesia sebagai referensi wisata selam dunia dengan menargetkan menjadi “Divers Heaven One Nation 2020”.
Maka Diklat Selam dan Muna Underwater Expedition dalam mendukung pengembangan wisata bawah laut Kabupaten Muna penting untuk dilaksanakan.
Kegiatan tersebut juga guna mengeksplore dan mengekspose potensi wisata bawah laut dan danau ubur-ubur yang unggul di Kabupaten Muna serta mempromosikan potensi Kabupaten Muna di sektor pariwisata bawah laut kepada para wisatawan, penggiat wisata bawah laut dan khalak umum.
Selain itu, sebagai pengenalan secara luas dan pemasyarakatan kegiatan wisata selam dalam menunjang pengembangan wisata bahari di Kabupaten Muna. Juga sebagai lokasi penelitian (riset) dan pendidikan bagi akademisi, peneliti dan masyarakat umum tentang biologi ekologi karang, benthos, ikan karang, penyu, mamalia laut, danau ubur-ubur, dan spot bangkai kapal tenggelam.
“Ini juga sebagai promosi wisata dalam mendukung program “Mai Te Wuna” dan Wonderfull Indonesia,” jelasnya.
Ia juga mengharapkan, dengan program tersebut dapat menambah wahana objek wisata di Kabupaten Muna berupa fasilitas wisata diving, dijadikannya sebagai salah satu tujuan destinasi wisata bawah laut berbasis ekowisata yaitu objek wisata pantai, diving, snorkeling dan danau ubur-ubur serta dikembangkannya kawasan objek wisata seperti Pulau Lima, Pulau Munante, Labulawa, perairan pesisir tanjung Labora, spot bangkai kapal tenggelam dan danau ubur-ubur sebagai destinasi wisata bahari di Kabupaten Muna.
“Tentunya yang kita perlukan adanya dukungan dari berbagai pihak agar Kabupaten Muna dapat menjadi pilihan utama bagi wisatawan dan masyarakat umum yang akan berwisata,” harapnya.
Untuk diketahui, pelaksanaan Muna Underwater Expedition dilakukan di lokasi Selat Speelman, adapun spotnya yakni Pulau Munante, Pulau Lima, Labulawa, Tanjung Labora, Laukusi, Danau ubur-ubur serta spot Wreckdive/spot bangkai kapal tenggelam yang terdapat di perairan selat speelman. (b)