NEWS

Pelni Bentuk Rumah Kelolah Sampah Khusus Limbah Kapal di Baubau

686
×

Pelni Bentuk Rumah Kelolah Sampah Khusus Limbah Kapal di Baubau

Sebarkan artikel ini
Pak Abu (pakai topi), menunjukah pakan ternak hasil pengolahan sampah organik limbah kapal Pelni. Foto: Adhil/mediakendari.com

 

Reporter: Adhil

BAUBAU – Banyaknya tumpukan sampah yang berasal dari limbah sisa makanan dan minuman penumpang kapal Pelni, membuat perusahan pelayaran milik negara tersebut, berinisiatif membuat tempat pengolahan sampah khusus limbah kapal.

Alhasil, terciptalah sebuah gagasan membuat rumah kelolah sampah. Di rumah itulah, seluruh sampah dipilah dan diolah hingga bernilai ekonomi.

Mulai dari sampah plastik yang diubah jadi berbagai kerajinan tangan. Sementara limbah sisa makanan, diubah menjadi pupuk organik.

Ditemui disela-sela kesibukannya, Pak Abu pengelola rumah kelolah sampah menjelaskan, rumah kelolah sampah ini merupakan program tangguh jawab sosial dan lingkungan dari PT Pelni. Dan di Baubau, merupakan rumah kelolah sampah ketiga di Indonesia setelah Batulicin dan Bima.

Di Kota Baubau sendiri kata Pak Abu, kurang lebih ada 11 kapal milik PT Pelni yang sandar di Pelabuhan Murhum Baubau. Rata-rata dalam sehari, sampah yang dihasilkan bisa mencapai 2,5 ton.

“Nah, Kota Baubau dipilih sebagai lokasi rumah kelolah sampah ketiga, karena tingginya aktivitas pelayaran Pelni dan jumlah penumpang yang selalu ramai, serta masih tingginya permasalahan sampah. Dengan rumah kelolah sampah ini, selain kita bisa olah sampah jadi bernilai ekonomis, kita juga ingin membantu mengurangi beban tempat pembuangan akhir sampah,” kata Pak Abu ditemui Sabtu, 03 Juli 2021.

Kedepannya, jika sarana dan prasarana di rumah kelolah sampah ini bisa ditingkatkan. Dipastikan, tidak hanya sampah kapal Pelni yang bisa ditampung, bisa jadi sampah warga sekitar juga bisa ditampung untuk diolah.

“Kita pasti akan manfaatkan sumber daya yang ada. Karena rumah kelolah sampah ini, adalah pengolahan sampah berbasis masyarakat dan pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan,” tutupnya. (b).

You cannot copy content of this page