FEATUREDKendariNASIONAL

Pentas Seni Ramaikan Tatap Muka Pj Gubernur dengan Masyarakat Sultra se-Jabodetabek

803

JAKARTA – Dalam acara Silaturahmi bersama Pj Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Teguh Setyabudi dengan masyarakat Sultra se-Jabodetabek di Anjungan Sultra Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Sabtu (14/04/2018), turut diramaikan beberapa pentas seni budaya Sultra.

Selain itu, acara tatap muka itu juga dalam rangka memperingati HUT Sultra yang ke 54.
Ada beberapa tarian budaya Sultra yang ikut ditampilkan dalam acara tersebut.

Kepala Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik, Harmin Ramba menyebutkan, tarian penjemputan Pj Gubernur Sultra saat tiba di TMII adalah Tari Umoara.

“Penjemputan Pj Gubernur Sultra adalah tarian Umoara yaitu tari penjemputan raja atau tamu-tamu raja ini adalah tarian Tolaki,” katanya saat ditemui disela-sela acara tatap muka di TMII.

Harmin juga menambahkan, selain tarian ada lagu adat Tolaki yang dinyanyikan yakni Lagu Mombakani (makan ternak Kerbau) yang menceritakan tentang petani yang beternak Kerbau.

BACA JUGA: Hadiri Silaturahim di Jakarta, Setyabudi Sebut Bhineka Tunggal Ika Ada di Sultra

“Lagu ini kurang lebih artinya memberi makan Kerbau padang ilalang. Lagu ini sudah ada sejak dulu sekali,” bebernya.

Usai lagi, Badan Penghubung Pemprov Sultra di Jakarta menyajikan Tarian Lariang asal Wakatobi dihadapan ratusan masyarakat Sultra se-Jabodetabek.

“Ini Tari Lariangi dari Wakatobi yang ditampilkan oleh Keluaraga Kaledupa di Jakarta,” tambahnya.

Setelah itu Kemeriahan tatap muka di TMII semakin menjadi dengan Tarian Molulo dan Molulo Kreasi.

“Tarian ini dari Suku Tolaki, tarian untuk melakukan silaturahmi di zaman dulu. Kalau aslinya Molulo ini dulu pakai gong bukan musik yang kayak sekarang, ” urai Harmin.

“Sejarahnya diambil dari tarian padi dimasa lampau usai panen padi,” sambungnya.

Tarian terakhir adalah Tari Linda asal Muna jadi penutup acara di TMII tersebut.

“Ini Tari linda dari Muna biasanya untuk prosesi adat Karia bagi gadis di Muna, ini tarian ada sejak zaman Belanda dulu,” tutup laki-laki yang akrab dengan wartawan ini.


Reporter: Rahmat R
Editor: Kardin

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version