Reporter : Pendi
KOLUT – Sejumlah anggota DPRD Kolaka Utara (Kolut) dibuat terkejut dengan ulah salah satu perusahaan tambang di wilayah itu yang menimbun tanah tambang atau ore di halaman sekolah.
Sikap berang ditunjukan para legiselator saat mengunjungi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Batu Putih yang halamananya penuh dengan tumpukan tanah galian tambang, Selasa 31 Maret 2020.
Salah seorang anggota legislatif, Muhammad Syair menuturkan, bahwa dirinya merasa prihatin dan menyayangkan ulah perusahaan yang menumpuk ore nikel itu di lingkungan sekolah.
“Inikan lingkungan, sekolah tempat generasi bangsa menuntut ilmu, kok dijadikan tempat penumpukan ore nikel dan kami turun ini karena warga menelpon ke kami karena sudah resah,” Syair dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Anggota Komisi III DPRD Kolut ini menegaskan, jika pihaknya akan melaporkan masalah ini ke Dinas ESDM Provinsi Sultra, “Semoga virus corona ini cepat berlalu dan kami sudah bisa keluar daerah untuk melaporkan ini,” tegasnya
Ia menjelaskan, perusahaan seharusnya mencari lokasi yang tidak menganggu aktivitas orang lain untuk menampung ore nikel itu. “Walaupun kata kepala sekolah niatnya bagus karena mau meratakan halaman sekolah akan tetapi penambang malah memanfaatkannya,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan, anggota Komisi I DPRD Kolut, Abu Muslim bahwa seharunya penambang memiliki etika dalam bekerja dengan memperhatikan lingkungan.
“Jangan serta merta melakukan pekerjaan yang semena-mena tanpa memperhatikan lingkungan sekitar, karena stock file pun sudah masuk diarea pekarangan sekolah,” tegasnya.
Politisi Golkar ini menegaskan, walaupun pihaknya belum mengetahui apakah lokasi SMA masuk area IUP, namun dirinya mendesak pihak perusahaan segera menggeser tumpukan ore keluar dari lingkungan sekolah.
“Masuk IUP perusahaan atau tidak, namun kami meminta agar tumpukan ore itu digeser secepatnya dan merapikan kembali lingkungan sekolah itu agar tidak menganggu aktivitas guru maupun siswa,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, MEDIAKNDARI.com masih belum mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi atas tumpukan ore tersebut pada PT. Kasmar yang diduga sebagai perusahaan pemilik ore.