Reporter : Erwino
Editor: Kang Upi
RAHA – Pungutan dana komite sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Raha, Kabupaten Muna menuai polemik. Hal ini bermula dari pernyataan netizen di media sosial tentang dana komite tersebut.
Melalui akun media sosialnya itu diceritakan, tentang seorang siswa yang terancam tidak bisa mengikuti ulangan karena belum melunasi kewajiban pembayaran iuran komite.
Pernyataan itu pun menuai beragam komentar, salah satunya dari akun Samsar Sakulati yang merupakan guru di SMAN 1 Raha. Dalam komentarnya itu, Ia membenarkan adanya iuran komite sebesar Rp. 150 ribu.
Namun ia juga menuliskan, bahwa pungutan komite tersebut tidak termasuk pungutan liar (Pungli) karena peruntukannya jelas, yakni penambahan unit komputer guna menghadapi UNBK mendatang.
“Iuran itu berdasarkan hasil rapat antara pihak Komite, sekolah dan orang tua siswa kelas satu pada 2018 lalu,” tulisnya.
Baca Juga:
- Karangan Bunga Kontroversial Muncul di Wisuda STIE 66, Pihak Kampus Luruskan Fakta
- Kalahkan Tim Unggulan, STIE 66 Kendari Rebut Puncak Prestasi di Sustainable League 2025
- IAIN Kendari Bekali 250 Mahasiswa KIP Kuliah dengan Skill Digital Masa Depan
- Atmosfer Meriah di SMPN 2 Kendari, Ribuan Siswa Antusias Ikuti Sosialisasi Bahaya Narkoba
- IAIN Kendari Geber Transformasi Digital, Tingkatkan Kompetensi IT Dosen dan Pegawai untuk Kampus yang Lebih Maju
- UMKendari Gaspol, Asesmen Lapangan LAMDIK Jadi Momentum Tingkatkan Mutu Prodi Administrasi Pendidikan
Dengan iuran tersebut, lanjutnya, membantu meningkatkan kemajuan sekolah, karena pengadaan komputer tidak terdapat dalam alokasi dana BOS yang nilainya sebesar Rp 1,4 juta tiap siswa per tahun.
Namun pendapat berbeda disampaikan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Raha, Muhidin saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (14/5/2019). Menurutnya, pungutan sebesar Rp. 150 ribu itu bukan iuran komite sekolah.
Uang tersebut, kata Muhidin, merupakan sumbangan orang tua siswa untuk pembelian 10 unit komputer. Karena jumlah komputer yang ada baru 80 unit dan harus ditambah agar menjadi 100 unit.
Penambahan komputer itu dilakukan, untuk memudahkan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) agar siswa tak perlu lagi menggunakan laptop pribadi tetapi menggunakan fasilitas sekolah.
“Itu bukan pungutan komite, melainkan sumbangan orang tua siswa untuk pengadaan tambahan komputer,” tegasnya.
Baca Juga:
- Kolaborasi Tiga Instansi, Pelayanan Pajak Kendaraan Kini Makin Cepat dan Bersahabat
- Serahkan SK P3K dan CPNS, Wali Kota Kendari Tekankan Disiplin ASN dengan Sistem Absen Retina
- Menteri Agama RI Hadiri STQH Nasional di Kendari
- Konawe Tuan Rumah Perjusami Akbar ke-1 Sultra, Wakapolda Sultra Tekankan Peran Strategis Pramuka
- Pimpin Apel Pagi di Dinas Lingkungan Hidup, Wagub Hugua Tegaskan Pentingnya Disiplin ASN
- HMPS Teknik Lingkungan UMK Resmi Tetapkan Kepengurusan Baru Periode 2025–2026
Mantan Kepsek SMA Khusus Raha ini juga menjelaskan, sebenarnya pembelian komputer dapat dilakukan melalui dana BOS. Namun, sesuai petunjuk teknis, komputer yang dapat dibeli dengan dana tersebut hanya lima unit selama satu tahun.
Sehingga, lanjutnya, menghadapi UNBK 2019-2020 sekolah yang masih kekurangan 20 unit komputer mengusulkan pada rapat komite untuk menyumbang pembelian 10 unit komputer, dan sisanya akan dicukupi dari alokasi dana BOS.
“Estimasi besaran sumbangan ditentukan komite saat rapat, jadi Rp. 150 ribu per siswa. Sedangkan total keseluruhan siswa kelas satu (X) itu sekitar 340-an orang. Sedangkan harga komputer berkisar Rp 5 juta per unit,” urainya.
Karena bersifat sumbangan, ujar Muhidin, pembayarannya bersifat tidak wajib, tetapi disesuaikan kesanggupan orang tua siswa. Pihak sekolah hanya mengumpulkan sumbangan tersebut lalu menyerahkan ke bendahara komite.
Sementara itu, terkait penahanan kartu ulangan siswa karena belum membayar iuran, menurutnya hanyalah alasan agar siswa segera melunasi sumbangannya tersebut.
“Tapi jika belum juga dilunasi, siswa tetap diikutkan dalam ulangan. Saat ini ulangan masih berjalan dengan semestinya,” pungkasnya. (B)
