Penulis : Surachman, ST (Koordinator media center pembangunan PU Mubar)
Satu hal yang paling mencolok dari Muna Barat hari ini adalah adanya pembangunan yang masif disektor infrastruktur dasar khususnya disektor jalan dan jembatan sejak kabupaten ini berdiri pada akhir 2014 yang silam.
Bagi mereka yang sudah sekian lama berkunjung di Muna Barat, pastilah ada kesan pangling yang muncul. Pasalnya tidak lain adalah adanya perubahan yang fundamental terhadap kondisi infrastrukturnya.
Jalan-jalan yang sekian puluh tahun penuh dengan kubangan atau kondisi aspalnya sangat memprihatinkan, begitu pula dengan kondisi jembatan yang tak jauh berbeda dengan kondisi jalannya juga mengalami nasib yang naas.
Hampir semua jembatan yang ada di Muna Barat ketika itu berstruktur kayu dengan kondisi hampir semuanya rusak berat. Sungguh tidak layak dan aman bagi para pelintas diatasnya.
Kondisi tersebut rupanya disadari sedari awal oleh Bupati Muna Barat La Ode M. Rajiun Tumada ketika menjabat sebagai Pejabat Bupati. Sejak dilantik, beliau langsung tancap gas mulai menyusuri ruas demi ruas jalan, titik demi titik jembatan, masuk dan keluar kampung menembus jalan tani, jalan-jalan pada akses kawasan pertanian masyarakat, jalan-jalan pada kawasan tradisional bersejarah pada 11 kecamatan ( 81 desa dan 5 kelurahan) hampir tak ada yang terlewatkan.
Makanya beliau sangat memahami kondisi geografis wilayahnya. Simpul-simpul jalan dan jembatan serta karakteristik masalahnya satu persatu difahaminya sebagai bekal baginya dalam mengambil kebijakan penanganan nantinya.
Bagi Bupati Muna Barat penguasaan medan menjadi salah satu prasyarat wajib. Hal ini sejalan dengan nasehat Sun-Tzu seorang ahli strategi perang cina masa lampau yang mengatakan bahwa salah satu hal dasar yang harus dimiliki untuk memenangkan sebuah perang adalah kemampuan untuk mengukur hasil dari peperangan itu sendiri.
Caranya dengan menilai situasi yang dilakukan atas dasar lima kriteria yaitu jalan, iklim, medan, komando dan aturan.
Bagi sosok Rajiun pengenalan terhadap kondisi infrastruktur dengan karakteristik persoalan yang melekat pada masing-masing infrastruktur tersebut akan sangat menentukan dalam pilihan pengambilan kebijakan penanganan nantinya.
Berbekal hasil turba (turun ke bawah) tersebut, maka dimulailah serangkaian skenario pembangunan infrastruktur dasar yang massif di Muna Barat. Jalan dan jembatan mulai ditata. Pada kawasan-kawasan potensial jaringan jalannya dibenahi begitupula jembatan-jembatan berstruktur kayu dbangun baru dengan struktur beton.
Pada Kota Laworo yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Muna Barat jaringan jalannya diperlebar yang saat ini sering disebut dengan “ring road Muna Barat”. Tentang ring road Muna Barat ini acap kali menuai perbedaan pandangan bagi penikmat pembangunan di Muna Barat bahkan diluar Muna Barat.
Mulai dari jalan yang kelewat lebar sampai 22 meter dengan 2 lajur jalan yang menurut sebagian orang belum urgent dan prioritas sampai dengan isu-isu lingkungan yang menyertainya.
Namun demikian bagi Bupati Muna Barat beraneka ragamnya spektrum pemikiran khalayak tentang Ring Road Muna Barat bukan lah halangan untuk memulai proyek prestisius tersebut. Jaringan jalan sepanjang 27 km tersebut sejak 2015 sampai dengan tahun 2020 ini tetap digenjot pembangunannya secara bertahap. Dimulai dengan spesifikasi Butur Seal pada awalnya sampai dengan hotmix AC-BC pada tahun anggaran 2019.
Bagaimana dengan hasilnya? tentu pula seperti ide awalnya juga mendapat respon yang beragam dari khalayak namun sebagian besar masyarakat Muna Barat bahkan diluar Kabupaten Muna Barat banyak yang mengapresiasi terobosan beliau dalam membangun ring road Muna Barat.
Saat ini jaringan jalan ring road Muna Barat sepanjang 27 Km yang membentang dari Wuna-Lafinde-Maperaha-Guali-Lakawoghe-Kasakamu-Wakoila-Waturempe-Tioworo kondisinya sudah sangat baik dengan tipe aspal hotmix AC-BC.
Tak berhenti pada jaringan jalan dalam Kota Laworo, program pembangunan/peningkatan jalan dan jembatan juga menyentuh pada kawasan-kawasan produksi/potensial seperti diwilayah-wilayah pertanian di Lawa Raya, Kusambi Raya dan Tiworo Raya.
Begitu pula pada areal-areal tradisional bersejarah misalnya pada kampung-kampung lama diwilayah Lasosodo-Gusi, Madampi-Watumela, Lalemba-Watumela atau akses pada kawasan perkuburan juga tak luput dari sasaran pembangunan.
Bupati Muna Barat seringkali mengungkapkan bahwa masyarakat Muna Barat tak boleh melupakan jejak historisnya sehingga perlu didukung dengan kebijakan pembangunan pada kawasan tradisional bersejarah untuk memudahkan mereka merawat situs-situs bersejarah yang telah lama ditinggalkan sehingga tetap terawat dan menjadi stimulus batiniah bagi masyarakat dalam mengisi pembangunan di Muna Barat.
Geliat pembangunan di Muna Barat rupanya memberikan effek positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Jika yang lampau masyarakat mengalami kesulitan dalam mengangkut hasil produksi pertanian mereka. Maka saat ini sudah lebih baik, karena jaringan jalan pada kawasan-kawasan produksi masyarakat sudah memadai.
Imbasnya adalah meningkatnya nilai jual hasil produksi masyarakat. Saat ini para pembeli dari daerah sekitarnya misalnya Kota Bau-Bau atau Kabupaten Muna langsung membeli hasil produksi masyarakat di Muna Barat karena lokasinya yang mudah diakses dengan dukungan jaringan jalan yang sangat mamadai.
Jika kita mencermati data statistik rupanya pertumbuhan ekonomi Muna Barat setiap tahunnya mengalami trend yang positif. Data dua tahun terakhir menunjukan pertumbuhan ekonomi Muna Barat selalu meningkat, pada Tahun 2017 pertumbuhan ekonomi tercatat 5,31%.
Sedangkan pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Muna Barat mencapai 6,63% yang melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang hanya sebesar 6,42%.
Ekonomi masyarakat Muna Barat yang semakin membaik dapat dilihat pada Nilai Gini Ratio. Nilai gini ratio merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Sesuai data statistik pada tahun 2018 nilai gini ratio Muna Barat sebesar 0.4 artinya berada pada kategori ketimpangan rendah.
Ini mengindikasikan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat Muna Barat secara menyeluruh tidak terlampau jauh satu sama lain. Adanya pembangunan infrastruktur dapat menjadi faktor pengungkit dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Apalagi sektor infrastruktur dapat menyedot tenaga kerja yang banyak sehingga memunculkan adanya perputaran ekonomi dalam skala lokal.
Sektor kemiskinan juga berhasil diturunkan dari tahun ke tahun di Muna Barat. Pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin tercatat 12,89 ribu jiwa, menjadi 11,39 ribu jiwa pada tahun 2018. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah berhasil memformulasikan beberapa paket kebijakan yang berdampak pada perbaikan tingkat ekonomi masyarakat.
Adanya pertumbuhan ekonomi yang positif, jumlah kemiskinan masyarakat yang semkian menurun serta distribusi pendapatan yang memiliki ketimpangan yang rendah merupakan sinyal positif bagi kemajuan suatu daerah.
Kondisi infrastruktur dasar yang semakin membaik akan mempercepat perbaikan kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah tak terkecuali di Muna Barat. Sinyal-sinyal positif tersebut hendaknya terus dijaga dan diarahkan pada perwujudan kesejahteraan masyarakat secara paripurna. Keterlibatan semua pihak merupakan prasyarat utama yang perlu terus didorong.
Oleh karena itu Rahmatnya (La Ode M. RajiunTumada dan Achmad Lamani) Muna Barat akan menjadi panglima yang akan menggerakkan keterlibatan semua sektor dalam percepatan pembangunan di Muna Barat sampai dengan berakhirnya masa pengabdian mereka pada tahun 2022 mendatang. InsyaAllah…