KENDARI – Berdasarkan reles data ekspor yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), presentasi ekspor Sultra pada bulan Juli 2018 tercatat US$124,74 juta atau mengalami kenaikan sebesar 79,88 persen dibanding ekspor Juni 2018 yang tercatat US$69,35 juta.
Kepala BPS Sultra, Moh. Edy Mahmud mengatakan, volume ekspor Juli 2018 tercatat 735,09 ribu ton atau mengalami kenaikan sebesar 26,70 persen dibanding ekspor Juni 2018 yang tercatat 580,20 ribu ton.
“Total ekspor Sultra Januari sampai Juli 2018 mencapai 5.273,20 ribu ton atau senilai US$586,26 juta. Sementara untuk nilai impor Sultra pada Juli tercatat US$61,36 juta atau mengalami kenaikan sebesar 12,30 persen dibanding impor Juni 2018 yang tercatat US$54,64 juta,” ucapnya, Senin (03/08/2018).
Moh. Edy menjelaskan, presentasi pangsa pasar ekspor bulan Januari sampai Juli yakni 316,47 persen dan yang terbesar itu pertama Tiongkok US$ 11,46 juta atau 70,18 persen, kemudian yang kedua India US$ 8488 juta atau 14,48 persen dan yang ketiga Korea Selatan US$ 46,07 juta atau 7,86 persen.
“Share terbesar untuk total ekspor Januari hingga Juni yakni besi dan baja sebesar US$ 406,90 juta atau 69,41 persen. Menyusul biji logam, terak dan abu sebesar US$ 149,60 juta atau 25,52 persen,” terang, Moh Edy.
Sementara itu, nilai impor Sultra pada Juli tercatat US$61,36 juta atau mengalami kenaikan sebesar 12,30 persen dibanding impor Juni yang tercatat US$54,64 juta.
“Volume impor Juli tercatat 78,69 ribu ton atau mengalami kenaikan sebesar 17,36 persen dibanding impor Juni yang tercatat 67,05 ribu ton,” pungkasnya.
Moh. Edy menuturkan, ada tiga negara andalan Sultra sebagai negara pengimpor di Juli diantaranya Singapura US$244,84 juta atau 55,69 persen, kemudian Tiongkok US$182,08 juta atau 41,42 persen, dan Malaysia US$12,71 juta atau 2,89 persen.
“Total impor Sultra Januari sampai Juli mencapai 439,63 ribu ton atau mengalami penurunan senilai 10,55 persen. Dan Share terbesar komoditas impor didominasi bahan bakar mineral sebesar 259,24 juta atau 58,97 persen, serta mesin dan pesawat mekanik US$58,06 juta atau 13,21 persen,” cetusnya.
Moh. Edy menambahkan, untuk neraca perdagangan bulan Juli lebih banyak impor di bandingkan ekpor sehingga mengalami surplus sebesar US$63,38 juta.
“Tetapi neraca perdagangan Januari sampai Juli tetap lebih banyak impor sebesar US$439,63 juta sedangkan ekspor US$ 586,26 juta sehingga mengalami surplus sebesar US$146,62 juta,” tutupnya.(b)