KENDARI, MEDIAKENDARI.COM–Puasa Ramadan memiliki manfaat untuk mengendalikan emosi dalam diri seseorang yang menjalankannya. Maka dari itu, Ramadhan juga sering disebut bulan pelatihan bagi seluruh umat Muslim.
Tidak hanya emosi, segala aspek mental seperti pikiran, perasaan, perilaku, sosial dan spiritual juga ikut terlatih selama menjalankan ibadah puasa.
Psikolog Klinis, Ravianty Dony, S. Psi., M. Psi., Pemilik Klinik Swarahati Consulting menjelaskan, pada umumnya ketika berpuasa, ego menjadi hal sakral yang perlu terus dikendalikan, inilah yang membuat kita perlu mengontrol emosi selama berpuasa.
“Jadi selama berpuasa memang yang ditargetkan oleh tubuh itu pasti ego, sehingga inilah ajang untuk melatih kontrol kita didalam manajemen emosi” jelasnya.
Ia juga menambahkan, makna dari emosi bukanlah marah, tapi marah merupakan salah satu jenis dari emosi seseorang.
Ketika berpuasa hormon stres di dalam tubuh akan berkurang, dan secara otomatis emosi yang kita rasakan itu juga akan minim.
Selain bisa mengontrol emosi, berpuasa juga meningkatkan produksi protein Brain Drived Neurotrophic Factor (BDNF) di otak manusia. BDNF adalah suatu protein pada otak yang memiliki peran penting berkaitan dengan aktivitas neuron (unit kerja sistem saraf pusat).
“Nah, jika protein BDNF ini meningkat maka sisi depresi akan menurun, kalau pada umumnya depresi biasa terlihat sedih, putus asa, hilang minat, dengan produksi protein ini setelah berpuasa kita akan merasakan high mood daripada low mood” ungkap Ravy.
Dalam istilah psikologi terdapat istilah “God Spot”atau Titik Tuhan yang telah tertanam dalam otak manusia. Titik inilah yang menjadi inti puasa dalam diri manusia.
“Jadi ketika God spot aktif dalam otak, secara otomatis tubuh kita akan terstimulus untuk mengendalikan hal negatif yang akan dilakukan, salah satunya adalah pengendalian emosi, tapi kembali lagi ke pribadi tiap manusia” jelasnya.
Perlu diketahui, pada dasarnya manusia sangat berpotensi mengalami perubahan perilaku saat berpuasa, namun seharusnya ini adalah dampak yang positif bukan sebaliknya.
Dalam suatu penelitian terdapat istilah Puasa Intermiten, atau rencana makan yang berkaitan dengan waktu makan, artinya manusia hanya boleh makan di waktu tertentu.
“Orang yang menerapkan puasa ini, kontrol emosinya pasti lebih baik, terhindar dari kebiasaan negatif, dan di sinilah kita juga bisa mengetahui seberapa jauh kita bisa mendalami puasa” tutupnya.
Reporter: Nur Anisah