Reporter: Taswin Tahang
Editor: La Ode Adnan Irham
UNAAHA – “Jika beruntung kita bisa lihat embun yang menutupi desa,” kata Alvin mengungkapkan pengalamannya ketika naik ke Puncak Ahuawali.
Embun yang terlihat sejauh mata memandang dari atas puncak, seolah-olah sedang berada di atas awan. Momen itu, masih kata Alvin, tak sering terjadi.
Puncak Ahuawali memang tak setinggi puncak lain yang jadi idola pendaki gunung, tingginya 700 MDPL. Tak ada pendaki gunung yang tak paham MDPL, itu singkatan dari Meter di Atas Permukaan Laut.
Sesuai namanya, puncak itu berada di Desa Ahuawali, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe. Desa itu benar adanya, bukan fiktif. Dari Kota Kendari perjalanan satu jam dengan roda dua, yang bermesin. Malah akan lebih cepat jika menggunakan mobil.
Saat tiba di Desa Ahuawali, pengunjung masih harus berjalan kaki sejauh 300 meter. Dari jalur yang ada, terlihat biasa dilalui pendaki maupun warga sekitar, aman dan tak sulit, pun bagi pemula.
Tempat itu juga biasa dijadikan lokasi kamping pengunjung. Jika datang hanya satu atau dua jam, tempat itu akan sama dengan hutan biasa. Namun beda jika dinikmati sambil bermalam.
Kepala Desa Ahuawali, Sugeng, menjelaskan objek Wisata Ahuawali sudah dibuka sejak 2016, dan baru mulai ramai setahun kemudian hingga saat ini.
“Biasanya pengunjung bisa sampai 100 sampai 200 orang dihari libur,” jelasnya
Meski masih ada pengunjung nakal yang kerap membuang sampah kamping sembarangan, Sugeng berharap pengunjung ikut membantu menjaga kebersihan, agar keindahan alam tetap terjaga.
Baca Juga :
- Lantik Pj Wali Kota Kendari dan Pj Bupati Muna Barat, Andap Budhi Revianto: Kerja Disiplin dan Utamakan Kepentingan Masyarakat
- Dinas Pariwisata Sultra Terbaik Soal Keterbukaan Informasi Publik
- Wakil Ketua Komisi V DPR RI Bersama Direktur Bendungan dan Danau Kementrian PUPR Kunjungi Lokasi Bendungan Pelisika
“Sampah yang dibawa naik jangan dibuatkan terhambur di daerah wisata,” imbau Sugeng.
Selain soal sampah, desa juga tak bosan mewanti-wanti warga maupun pengunjung, agar mewaspadai api. Khususnya pengunjung yang membuat api di lokasi.
“Pastikan apinya telah padam sebelum meninggalkan lokasi,” tutur Sugeng kembali mengingatkan.