Opini

RAMA DAN SAHABATNYA GUHA: KONSISTENSI DAN MEMAHAMI KEDUDUKAN

819
Ijma Ketut Puspa Adnyana

 

Penulis: Ijma Ketut Puspa Adnyana

Itihasa Ramayana masih tetap relevan sebagai sesuluh dalam kehidupan dalam upaya manusia membangun harmoni. Rama adalah Putera Mahkota kerajaan Kosala, putra Dasarata. Namun karena ayahnya berjanji memberikan 3 hal yang tidak akan ditolaknya kepada Dewi Keikeyi, Rama diasingkan selama 13 tahun di hutan.

Guha adalah Raja Wangsa Nishada, bangsa pemburu yang menjadi sahabat karin Rama. Ini dikisahkan pada buku ke II, yaitu Ayodyakandha Sarga 44, sloka 8- 27.

Mendengar kedatangan Rama, Guha mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna. Guha tahu Rama adalah Putera Mahkota Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodya (inti dari planet Waikuntha bernama Ayodya, yaitu gugusan bangunan tempat tinggal Sri Wisnu).

Hutan yang merupakan wilayah dimana Guha menjadi rajanya masih dalam tlatah Kosala.
Perdana Menteri Sumantra, ketika melihat Guha membisiki Rama untuk menemui Guha yang kemudian diikuti oleh Dewi Sita dan Laksamana. Guha menunjukkan sikapnya yang sangat hormat kepada Rama. Atas kebaikan Guha, Rama memeluk Guha. Mereka saling memandang penuh persahabatan dan betapa Guha merasa dapat anugrah yang melimpah.

“Pangeran seluruh wilayah hutan ini sejengkalpun tiada milikku, semua ini adalah milikmu Pangeran Kosala. Oleh karena itu, apapun yang aku sajikan pada saat ini dan seterusnya adalah milik pangeran sendiri”, kata Guha sambil membungkuk dalam.

Para dayang dayang, wanita wangsa Nisada menyiapkan buah buahan dan berbagai makanan dan kue kue yang lembut, manis dan kenikmatan yang luar biasa.

“Hamba juga menyiapkan rumput terbaik untuk kuda kuda demikian juga air jernih yang menyenjukkan”, kata Guha dengan wajah yang penuh senyum dan keiklasan.

Perlahan Rama bangun dari duduknya di atas rumput yang tebal, lalu katanya sangat lembut:
“Guha…engkau begitu sangat baik. Tindakan, sikap dan wajahmu menunjukkan Engkau mengerti ajaran Veda dengan baik dan telah mempraktekannya di depanku. Hatiku demikian berbahgia mendapati sahabatku mengalami kemajuan kemajuan spiritual yang sejati. Memahami bagaimana bertindak dan melayani tamu dan juga sahabat. Sungguh hatiku sangat senang dan bahagia. Namun saat ini aku bukanlah pada posisi dapat menerima semua pemberianmu itu. Bukannya tidak layak bagiku. Namun karena posisiku, engkau harus memahami. Aku sedang dalam pengasingan dan sebagai seorang pertapa, yang menggunakan pakaian dari rumput kusa, tinggal di hutan dan hanya boleh makan buah dan umbi umbian”, kata Rama, Guha mendengarkan dengan penuh perhatian.

“Yang aku butuhkan sekarang adalah makanan kuda dan air untuk kuda kuda ini. Kuda ini pemberian ayahku, Raja Dasarata. Karena itu engkau lebih tepat memberikan makan rumput dan iar yang jernih kepada kuda kuda itu”, kata Rama perlahan, Guha mengangguk.

Lalu Rama dan Guha menuju kuda kuda yang nampak lelah. Guha kemudian memanggil seorang prajuritnya untuk membawakan kuda kuda itu rumput yang lembut dan air secukupnya.

Rama kemudian merebahkan dirinya di rerumputan, demikian juga Sita dan Laksamana. Memandang langit yang biru. Sesekali terdengar bunyi kicau burung yang indah, sesekali lengkingan elang yang terbang tinggi. Langit napak cerah dan biru.

Rama yang hidup pada masa Tretayuga lahir untuk memberikan contoh bagaimana menjalankan hidup sesuai dengan ajaran Veda.

Pada masa Satyayuga dharma dijalankan 100 persen, tidak ada kejahatan sama sekali. Namun karena kejenuhan dan triguna, terutama sifat rajas yang bergejolak serta sifat tamas yang diam dan malas, manusia mulai melakukan hal hal yang menguntungkan dirinya. Kejahatan mulai menapak sampai 25 persen pada Tretayuga.

Rama bisa saja menerima semua kenikmatan yang diberikan sahabatnya Guha, namun seseorang harus menepati janji. Janji sebagai seorang pertapa yang memiliki indikator hidup sebagaimana di atur dalam ajaran Veda. Rama disebut juga sebagai “porushathama”.

Andaikata pada zaman Kaliyuga ini manusia sedikit saja meniru contoh hidup dari Rama, Sita dan Laksamana, harmoni kehidupan lebih mudah dapat dicapai.

Semoga semua mahluk hidup berbahagia. Om Santih Santih Santih Om.
(Kdi, 20062021:15.46)

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version