Reporter : Rahmat R
Editor : Def
KENDARI – Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) menilai, munculnya karateker baru KNPI di Buton itu hanya untuk mencari sensasi dan panggung baru.
Karena menurutnya, KNPI itu bukan pernyataan orang peribadi, melainkan kumpulan organisasi-organisasi kepemudaan. Dimana namanya kumpulan itu lebih dari satu orang. Jadi, kalau berbicara legalitas tinggal hitung saja berapa organisasi-organisasi kepemudaan yang berpihak atau bernaung dalam lembaga yang bernama KNPI itu.
“Satu hal lainnya yang perlu diketahui publik adalah KNPI itu adalah mitra pemerintah, sehingga siapa yang diakui pemerintah dialah yang betul-betul memiliki legalitas di pemerintahan,” terang Rami via WhatsAppnya, Senin (11/02/2019).
Lanjutnya, fakta hukumnya KNPI itu memang terbelah, ada yang berkongres di Hotel Borobudur, Jakarta yang diketuai Faad Rafiq, berhasil menghasilkan Ketua Baru Abdul Azis, sementara Kongres di Bogor yang diketuai oleh Rifai Darus tidak satupun perwakilan pemerintah yang membukanya.
“Kongres di Bogor itukan sebelumnya dijadwalkan di Aceh, tapi karena alasan legalitaslah maka Kongres tersebut batal dan dipindahkan ke Bogor. Gubernur Aceh tidak berani membuka kegiatan Kongres tersebut. Sementara untuk di Buton sendiri, KNPI yang saya sebut mencari sensasi itu adalah hasil kongres Bogor yang tak dibuka oleh pemerintah,” terangnya.
Rami menegaskan, kalau bicara legalitas maka dikepemimpinannya sebagai Plt Ketua KNPI Buton yang legal, sebab dibuka oleh pemerintah dalam hal ini Mendagri. Atau dengan kata lain untuk mencari legalitas di KNPI Buton, bisa dipertanyakan di pemerintah Kabupaten Buton.
“Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2014 yang dikatakan pemerintah daerah itu adalah Bupati dan Ketua DPRD. Jadi, tanyakan saja kepada Bupati dan Ketua DPRD Buton. Atau di tingkat Provinsi tanyakan kepada Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi,” tegas Rami.
Mantan Ketua HMI Cabang Kendari ini menilai, karateker yang mengaku-ngaku orang KNPI itu hanya mencari sensasi belaka.
“Apalagi ini di musim politik, mereka yang berpikiran pragmatis hanya menggunakan KNPI untuk membesarkan partai politik atau calon legeslatif tertentu. Ini yang tidak baik, pemuda itu menyatukan bukan mencari-cari celah untuk melahirkan perpecahan,” tandasnya. (B)