JAKARTA – Saat ini, Nilai Tukar Rupiah (NTR) terhadap dolar AS dinilai lemah seiring dengan menguatnya mata uang Amerika Serikat itu ke angka Rp15.000 per dolar AS. Hal itu pun menjadi sorotan dari berbagai kalangan. Seperti halnya calon wakil presiden (Cawapres) Sandiaga Uno. Dirinya meminta kepada para politisi untuk tidak memperkeruh suasana politik dengan mengaitkan lemahnya mata uang rupiah tersebut.
Menyikapi pernyataan itu, peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa mengatakan jika hal yang perlu dikedepakan sejatinya adalah seperti yang dilakukan oleh Sandiaga. Menurutnya, apa yang disampaikan oleh Sandiaga itu lebih mementingkan kepada adu gagasan, adu argumen dengan mengangkat tema yang ada.
“Saya tidak tahu seperti apa, yang pasti pemerintahan saat ini juga tengah berusaha memperkuat rupiah. Namun, karena kondisi ekonomi tidak hanya Indonesia tetapi global, ini membuat rupiah ini sendiri menjadi lemah,” kata Ardian Sopa kepada Mediakendari.com di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (5/9/2018).
Ardian pun menilai jika alasan Sandi untuk tidak memasuki area permasalahan tersebut karena, kata Ardian, Sandi yang berlatar belakang sebagai pengusaha paham akan masalah tersebut. Menurutnya, hal ini tidak hanya semata-mata merupakan masalah dari pemerintah sendiri, tapi memang dunia global juga mengalami hal yang sama.
“Jadi, jika memang statement itu yang dikeluarkan dari Cawapres kubu sebelah, itu merupakan hal yang positif. Jadi kedepan memang perlu dimunculkan statement-statement yang memperkuat kebangsaan kita dibandingkan dengan yang memecah kebangsaan kita,” tuturnya.
Sementara itu, dirinya juga mengatakan jika dilihat dari lemahnya nilai tukar rupiah tersebut yang saat ini ada dua kubu, jika berdasarkan kubu pro Jokowi ini tentu melihat hal ini bukan kesalahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) tapi lebih kepada faktor eksternal. Ia pun mencontohkan jika di negara-negara lain pun pelemahan dari mata uang asing juga terjadi.
“Kalau dari pro Prabowo, ini memang dilihat dari sisi amunisi. Kenapa, karena dulu pernah dijanjikan misalnya nilai tukar terhadap dolar AS (turun) dan sebagainya. Sehingga ini memang menjadi titik lemah dari pemerintahan Pak Jokowi,”pungkas Ardian.
“Dan memang hal yang positif juga ketika hal ini dimunculkan. Tinggal memang bagaimana dari kedua belah pihak ini menunjukkan fakta-fakta yang ada. Jadi jangan sampai, misalnya menimbulkan fitnah, hoax dan sebagainya. Tapi lebih kepada fakta-fakta yang ada. Kalau ini misalnya dilihat dari kesalahan pemerintah, tolong dibuktikan, kesalahan pemerintah ada dimana. Kemudian kalau misalnya memang pemerintah ini melihat dari faktor eksternal, kira-kira jelaskan kepada masyarakat mengapa hal ini turun. Sehingga nanti masyarakat tetap tercerahkan terhadap kedua kubu tersebut dan bukan bermain diarena hoax, tapi bermain di arena fakta,” tutupnya.(b)