BAUBAUSULTRA

Subsidi Hambat Beredarnya Tabung Gas Elpiji 3 Kg di Baubau

2446
Staf resmi agen Elpiji 3 kg di Baubau, Yusuf

Reporter : Ardilan

Editor : Indi

BAUBAU – Tabung gas elpiji 3 Kilogram (Kg) ternyata belum beredar resmi di Kota Baubau Sulawesi Tenggara (Sultra), dikarenakan belum adanya subsidi dari pemerintah kota (Pemkot) setempat.

Hal ini diungkapkan langsung Staf administrasi salah satu agen resmi Elpiji Kota Baubau, Yusuf mengatakan, pihaknya belum mengedarkan tabung gas elpiji 3 kg karena pemkot belum menyetujui subsidi untuk barang tersebut.

“Pemerintah daerah hanya menyetujui minyak tanah yang bersubsidi. Karena katanya harus pilih salah satu, antara minyak tanah atau tabung gas elpiji 3 kg, dan pemerintah disini memilih minyak tanah yang disubsidi,” ucap Yusuf saat dikonfirmasi Mediakendari.com beberapa waktu lalu.

Padahal kata dia, pemerintah pusat memberikan subsidi untuk kedua hal dimaksud. Tetapi oleh kebijakan daerah, salah satu diantara minyak tanah atau tabung gas elpiji 3 kg yang harus dipilih untuk disubsidi.

“Memang tidak bisa masuk kalau masih ada minyak tanah, karena nanti bentrokan harganya. Jadi harus subsidi salah satu saja, minyak tanah atau gas,” bebernya.

Yusuf mengaku, apabila di daerah eks pusat Kesultanan Buton ternyata didapati tabung gas elpji 3 kg maka menurut dia, itu masuk secara ilegal.

“Kalaupun ada itu masuk secara ilegal,” imbuhnya.

Hingga saat ini pihaknya hanya memasok tabung gas ukuran 5,5 Kg, 12 Kg, dan ukuran 50 Kg. Dari tiga jenis ukuran itu, tabung gas 12 Kg paling banyak diminati pembeli. Rata-rata penjualan perbulan dari tabung gas 12 Kg bisa mencapai 1.000 tabung.

“Sedangkan ukuran 5,5 Kg yang terjual per bulan kisarannya 500 tabung. Kalau ukuran 50 Kg hanya terjual kisaran 100 tabung tiap bulan. Biaya isi ulang untuk tabung gas ukuran 5,5 Kg seharga Rp100 ribu, ukuran 12 Kg itu seharga Rp200 ribu, sedangkan ukuran 50 Kg seharga Rp1,14 juta,” urainya.

Ia menambahkan, pasokan gas elpiji yang disuplai dari depot Pertamina Makasar terbilang lancar.

“Kalau terjadi kelangkaan, bukan karena suplai dari depot pertamina yang berkurang, tapi biasanya kapal ekspedisi yang memuat gas tersebut yang tidak berlayar,” pungkasnya. (B)


You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version