Laporan: La Ode Adnan Irham
Tujuh tahun sudah, Ernis (34) mengidap tumor dalam perutnya yang kini membesar melebihi tubuhnya. Parahnya lagi, sejak empat bulan lalu wanita asal Kelurahan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara, Sultra, tak lagi mampu berjalan seperti biasa.
Ia terpaksa diasingkan dan tinggal di rumah papan yang sengaja dibuatkan keluarganya. Di tempat berukuran dua kali tiga itulah Ernis menghabiskan waktu setiap harinya. Makan dan minum, hingga buang air terpaksa dilakukannya di tempat itu.
Untuk makan setiap harinya, Ernis selalu mendapatkan jatah dari sepupunya. Bahkan tak jarang, tetangga dan warga sekitar bergantian mengantarkan makan.
“Sudah seminggu mi sudah nda bisa baring,” kata Ipar Ernis, Wa Ode Miati yang rumahnya tepat di sebelah gubuk Ernis.
Ernis diketahui mengalami keterbelakangan mental sejak lahir. Dia anak tunggal, setelah Ibunya meninggal, Ayahnya, Laode Asirudin menikah lagi. Sejak saat itu Ernis tak pernah akur dengan Ayahnya. Ernis juga kerap mengamuk dan pernah hampir melukai Asirudin dengan parang.
Ernis menempuh pendidikan, namun hanya batas SD, itu pun tak tamat. Selebihnya, masa-masa remaja dihabiskan dengan berkeliling kampung. Karena kerap mengamuk, Ernis pernah dipasung di rumahnya.
Sepupu Ernis, Baudi bercerita awal penyakit Ernis. Tahun 2012 Ernis pernah diperkosa, hingga akhirnya dinikahkan dengan pria yang juga mengalami keterbelakangan mental. Namun tak lama, suami Ernis meninggal dunia.
“Pernah dibawa di Puskesmas, katanya hamil. Tapi kita ini heran kenapa tidak keluar-keluar,” tutur Baudi ketika ditemui, Sabtu (14/12/2019)
Sejak disebut-sebut hamil itulah, perut Ernis makin hari kian membesar. Sementara tangan dan kakinya makin kurus. Dampaknya dirasa Ernis, dari tidak bisa berdiri dan berjalan, kini berbaring pun sulit.
Didiagnosa Tumor Ovarium
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara, dr H Muh Kasrul MKes menyebut, hasil diagnosa sementara, Ernis terkena tumor ovarium atau tumor indung telur. Tumor itu kategori tumor jinak, sedangkan membesarnya perut karena banyaknya cairan.
“Secara klinis kita duga itu 80 persen. Tapi untuk memperkuat diagnosa itu, kita harus USG,” katanya.
Baca Juga :
- Dinas Pariwisata Sultra Terbaik Soal Keterbukaan Informasi Publik
- Wakil Ketua Komisi V DPR RI Bersama Direktur Bendungan dan Danau Kementrian PUPR Kunjungi Lokasi Bendungan Pelisika
- KPU Muna Barat Sukses Raih Penghargaan Peringkat I Terkait Pengelolaan Pelaporan Dana Kampanye
- Nekat Bawa Sabu Seberat 104.25 Gram dengan Upah Rp 2 Juta, Pria di Muna Ditangkap Polisi
- Pemda Koltim Gelar Sayembara Logo HUT ke 12 Tahun
Kasrul paham kondisi Ernis, karena ia pernah menanganinya saat menjabat Kepala Puskesmas Kulisusu. Namun penanganan tidak tuntas, karena saat itu Ernis berontak dan mengamuk melempari petugas medis dengan apapun yang mampu ia genggam.
“Obat satu-satunya hanya operasi,” tegas Kasrul.
Bupati Butur Tanggung Biaya Operasi
Bupati Buton Utara, Abu Hasan yang mengunjungi Ernis ketika diwawancarai mengaku, pemerintah siap menanggung seluruh biaya perawatan hingga operasi Ernis.
“Dimana saja mau dioperasi kita tanggung sepenuhnya. Ini di luar BPJS,” tegas Abu Hasan.
Evakuasi Ernis ke RSUD
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buton Utara, terpaksa membongkar pintu gubuk Ernis untuk mengevakuasinya ke RSUD Kabupaten Buton Utara.
PMI menurunkan 12 personilnya untuk memandikan Ernis dan membersihkan tempat tinggalnya, sebelum dibawa. Proses evakuasi berlangsung dramatis karena papan rumah sempat patah menahan berat Tim PMI saat mengangkat Ernis.
Sabtu Pukul 11.40 WITA, Ernis dievakuasi menuju RSUD menggunakan mobil Ambulans Puskesmas Kulisusu