Reporter : Rahmat R
Editor : Kang Upi
JAKARTA – Anggota DPD RI, Dapil Sulawesi Tenggara (Sultra), Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan mengenakan pakaian adat Muna saat menghadiri penutupan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) 2019.
Agenda Rapimnas AMPI yang juga dirangkaikan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) AMPI ini digelar di Grand Sahid Jakarta, pada Jumat malam (09/11/2019).
Ditemui MEDIAKENDARI.com, Rabia mengatakan, dirinya mengenakan pakaian adat untuk memperkenalkan adat Muna di kegiatan tersebut.
“Di Sultra terdiri dari beberapa suku, dan pasti memiliki budaya dan pakaian adat sendiri. Seperti misalkan pakaian adat Buton, Muna Tolaki dan lainnya,” katanya.
Putri anggota DPR RI Dapil Sultra, Ridwan Bae ini menyebut, pada acara penutupan Rakernas dan Rapimnas AMPI 2019, seluruh pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I mengenakan pakaian adat asal daerahnya.
“Maka dari itu, ini momen tepat memperkenalkan daerah serta budaya dan pakaian adat yang ada di Sultra. Acara ini sekaligus kesempatan bagi saya memperkenalkan pakaian adat yang ada di daerah Sulawesi Tenggara,” kata Rabia.
Menurutnya, pakaian adat tersebut adalah salah satu bentuk usaha dari generasi muda AMPI dalam melestarikan dan mengangkat budaya yang ada di daerah masing-masing.
“Pemerintah dan masyarakat juga wajib untuk melestarikan budaya yang ada di daerah, salah satunya dengan pakaian adat,” jelas Senator muda ini.
Pimpinan BKSP DPD RI ini juga mengatakan, pakaian adat ini juga untuk memperkenalkan kepada generasi muda bahwa pakaian adat harus tetap ada dan lestari, karena kalau bukan pemuda saat ini siapa lagi yang akan melestarikannya.
“Generasi muda jangan sampai mengabaikan budaya dan pakaian adat yang ada. Ini harus tetap dijaga dan dilestarikan”, terangnya Rabia.
Penggunaan pakaian adat ini kata Rabia, agar masyarakat terkhusus di daerah asalnya Sultra, lebih mencintai lagi pakaian adatnya sebagi identitas diri. Dan diharapkan masyarakat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan penggunaan pakaian adat ini.
“Ini juga untuk mengangkat perekonomian masyarakat di sektor UMKM karena para pengrajin pakaian adat pasti dibanjiri pesanan,” tuturnya.
- Dinas Pariwisata Sultra Terbaik Soal Keterbukaan Informasi Publik
- Wakil Ketua Komisi V DPR RI Bersama Direktur Bendungan dan Danau Kementrian PUPR Kunjungi Lokasi Bendungan Pelisika
- KPU Muna Barat Sukses Raih Penghargaan Peringkat I Terkait Pengelolaan Pelaporan Dana Kampanye
- Nekat Bawa Sabu Seberat 104.25 Gram dengan Upah Rp 2 Juta, Pria di Muna Ditangkap Polisi
- Pemda Koltim Gelar Sayembara Logo HUT ke 12 Tahun
- Kapolri Apresiasi Peluncuran 2 Buku Antikorupsi di Harkordia
Politisi Muda ini juga mengatakan, di Sultra tidak hanya memiliki beberapa keragaman budaya dan pakaian adat yang khas dan unik. Tetapi, memiliki beberapa makanan khas yang unik dan lezat juga.
“Seperti lapa-lapa, kabuto, kambewe, sinonggi, sate gogos pokea, dan masih banyak lagi yang lainnya”, bebernya.
Putri mantan Bupati Muna Ridwan Bae ini merincikan, bukan hanya adat istiadat dan budaya dari Bumi Anoa yang harus dijaga, tetapi juga yang berasal dari seluruh nusantara ini, wajib dijaga, dilestarikan dan dikembangkan, sehingga tidak sirna oleh perkembangan zaman dan teknologi.
“Karena ini adalah identitas Bangsa Indonesia yang perlu dijaga bersama,” tandasnya. /B