Reporter : Haris Anda Dinata
KENDARI – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan laju perekonomian tersendat. Pasalnya, kebijakan itu menyebabkan aktivitas ekonomi lumpuh dan berdampak terjadinya resesi.
Dimana pada kuartal II perekonomian nasional telah mencapai angka minus 5,28 persen, yang dilanjutkan kuartal III dengan minus 3,49 persen
Meski demikian, resesi ekonomi secara nasional tersebut rupanya tidak berdampak serius pada kondisi pasar modal di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Pelaksana Harian (Ph) Kepala Kantor Perwakilan (KKP) Bursa Efek Indonesia (BEI) Sultra, Ricky mengungkapkan, saat lockdown di Kota Kendari Maret 2020 lalu terjadi penurunan indeks harga saham sebesar 3,8 persen.
“Di pasar modal sendiri telah tercermin ekspektasi terhadap investor bahwa pandemi segera berakhir, dan perusahaan di bursa efek indonesia saat ini kembali melakukan kinerja seperti biasa,” ujar Ricky saat menjadi bintang tamu Bincang Kita MEKTV, Senin 30 November 2020.
Menurutnya, saat ini kondisi sudah berubah dan menunjukan kinerja baik, yang dapat dilihat dari jumlah investor di Sultra yang mengalami kenaikan singinifikan.
Ricky menyebutkan, pada tiga bulan atau sejak September 2020, jumlah investor saham di Sultra alami kenaikan hingga 300 investor per bulannya.
“Normalnya pada saat sebelum pandemi covid-19 pada maret yaitu mencapai 59 sampai 100 investor perbulannya,” terang Ricky.
Resesi ekonomi, lanjutnya, justru menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk membeli saham, karena harganya sedang rendah sehingga calon nasabah bisa mendapatkan saham dengan harga murah.
Momen ini, kata Ricky, dimanfaatkan masyarakat sehingga pasar modal tetap tumbuh bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Hal itu membuat pertumbuhan nasabah pasar modal berkembang sebesar 3,75 persen,” pungkas Ricky.