BAUBAUNEWS

Wali Kota Baubau Gemakan Budaya Polima di Hadapan Menteri PMK

441
×

Wali Kota Baubau Gemakan Budaya Polima di Hadapan Menteri PMK

Sebarkan artikel ini
Ketgam: Wali Kota Baubau, AS Tamrin, saat memaparkan Budaya Polima di hadapan menteri di HPN 2020. Foto: MEDIAKENDARI.com/Ardilan

Reporter: Ardilan
Editor: Kardin

BANJARMASIN – Beragamnya kebudayaan daerah di Indonesia bakal digagas menjadi pemersatu dan pembangunan bangsa. Hal ini diutarakan dalam dialog Anugerah Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat sebagai rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Hotel Mercure Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Jum’at 7 Februari 2020.

Giat ini diikuti Wali Kota Baubau, AS Tamrin bersama sembilan bupati dan wali kota lainnya di Indonesia. Dialog itu juga dihadiri langsung Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Muhadjir Effendi, Ketua Dewan Pers, Moh Noeh, Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari, Dewan Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, seniman, budayawan, akademisi, pecinta kebudayaan, serta wartawan seni budaya peserta dialog kebudayaan.

Menteri PMK RI, Muhadjir Effendi sangat mengapresiasi anugerah kebudayaan yang diselenggarakan PWI Pusat. Kata dia, pembangunan kebudayaan mencerminkan kepribadian bangsa.

Menurut dia, manusia adalah satu-satunya makhluk di muka bumi yang bisa berbudaya. Sebab manusia memiliki akal budi.

“Letak budaya berada dalam alam pikiran setiap orang. Budaya lahir dari individu dan terbangun secara kolektif. Jangan diartikan bahwa budaya itu hanya seni. Seni itu adalah sebagian kecil dari budaya, lebih besar dari itu adalah nilai-nilai budaya,” katanya.

Dia menuturkan, Indonesia merupakan bangsa yang memiliki ragam budaya, namun bisa mempersatukan bangsa dengan berlandaskan nilai Pancasila.

“Kunci nilai budaya itu apa?, kuncinya adalah toleransi. Dengan toleransi maka akan melahirkan rasa saling menghargai dan menghormati. Nilai ini dapat diekspresikan dengan cara berbeda dimasing-masing daerah,” katanya.

Sementara, Ketua Dewan Pers, Moh Noeh menyambut baik pendekatan budaya yang dicanangkan PWI Pusat. Pasalnya, budaya mencari titik persamaan bukan perbedaan.

“Kalau ruang kesamaan telah terbentuk maka apapun bisa diselesaikan dengan baik. Mencari persoalan menjadi jawaban bukan mencari jawaban untuk dijadikan persoalan,” katanya.

Noeh juga memberikan ucapan selamat kepada 10 bupati/wali kota penerima penghargaan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat.

Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari mengatakan, anugerah kebudayaan ini akan diselenggarakan setiap tahun. Ia menilai bila bangsa ini dibangun dengan budaya maka bangsa akan berbudaya.

“PWI mencintai budaya. Kami ingin menciptakan kebudayaan yang berkepribadian seperti yang diutarakan Sukarno. Kita harus bangun bangsa dengan pendekatan budaya,” katanya.

Sementara itu, Wali Kota Baubau, AS Tamrin yang mendapat giliran ke tiga dalam acara dialog tersebut memaparkan tentang nilai budaya Polima yang diimplementasikan dalam sistem birokrasi yang dipimpinnya di hadapan Meteri PMK, Muhadjir Effendi dan seluruh peserta dialog.

Ia mengatakan, peradaban bangsa saat ini sudah mengarah ke perubahan Revolusi Industri 4.0. Olehnya dibutuhkan suatu nilai untuk mendasari semua perubahan itu.

Bagi dia, pokok-pokok pikiran pembangunan di Kota Baubau itu berlandaskan kebudayaan. Apalagi Baubau adalah pusat eks Kesultanan Buton yang menjunjung tinggi nilai budaya peninggalan masa lalu.

“Nilai luhur budaya sebagai pedoman kehidupan masyarakat Buton ini lalu diimplementasikan dalam satu sistem yang disebut Polima. Budaya Polima ini memuat lima nilai dasar kehidupan yang berkaitan dengan nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, politisi PAN ini juga memaparkan budaya Polima itu telah dituangkan dalam sebuah karya tulis dengan judul: Polima, Gema Pancasila dari Baubau. Buku tersebut akan dibedah dan dilaunching di Hotel Golden Tulip Banjarmasin pada Sabtu, 8 Februari 2020 besok.

Ketua Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, Yusuf Susilo mengatakan, dialog tersebut melengkapi anugerah kebudayaan yang akan diterimakan di puncak HPN 2020.

“Acara ini merupakan yang kedua setelah dilaksanakan pada 2016 lalu di NTT. Mereka ini dipilih secara langsung oleh lima juri berdasarkan penilaian yang ketat,” katanya.

Tema yang diusung adalah kemajuan kebudayaan di kabupaten/kota termasuk peluang dan tantangan. Tujuannya mendorong kebudayaan sebagai salah satu sektor pembangunan.

You cannot copy content of this page