FEATURED

BI Sultra: Komoditas Bahan Makanan Dorong Deflasi di Sultra

450

KENDARI – Bank Indonesia kembali merilis kondisi ekonomi Sultra yaitu, pada bulan September 2017, Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,51% (mtm). Secara spasial, Kota Kendari mengalami deflasi sebesar 0,76% (mtm), sedangkan Kota Baubau mencatatkan inflasi sebesar 0,14% (mtm).

Deflasi yang terjadi pada bulan September 2017 terutama didorong oleh penurunan harga bahan makanan khususnya komoditas sayur-sayuran. Selain itu kelompok bahan bakar, penerangan dan air terutama komoditas bahan bakar rumah tangga juga mendorong terjadinya deflasi.

Laju deflasi Sultra tertahan oleh inflasi pada sub kelompok ikan segar yang pada bulan laporan tercatat sebesar 3,36% (mtm). Meski secara bulanan mencatatkan deflasi, inflasi tahun kalender Sultra pada bulan September 2017 tercatat sebesar 3,32% (ytd), atau masih lebih tinggi dibandingkan periode September tahun 2016 yakni 2,83%(ytd).

Pada bulan September 2017 kelompok Volatile Food (VF) di Sultra kembali mencatatkan deflasi sebesar 2,55% (mtm). Penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh deflasi pada kelompok Volatile Food terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau. Deflasi pada kelompok Volatile Food tersebut utamanya terjadi pada komoditas sayur-sayuran, antara lain bayam, kacang panjang, kangkung dan tomat sayur.

Penurunan harga pada komoditas tersebut didorong oleh normalnya pasokan seiring cuaca di Sultra yang kondusif sehingga mendorong harga ke level normal. Sementara itu pada sub kelompok ikan segar masih tercatat mengalami inflasi sebagai akibat masih terbatasnya pasokan ikan segar di pasar lokal karena faktor cuaca dan terbatasnya jumlah kapal andon dari luar wilayah Sultra yang beroperasi di wilayah perairan Sultra.

Adapun komoditas ikan segar yang tercacat mengalami inflasi diantaranya adalah ikan cakalang, ikan layang, ikan kembung, ikan tembang dan ikan teri.

Deflasi juga terjadi pada kelompok administered prices yang didorong oleh komoditas bahan bakar rumah tangga yang tercatat mengalami deflasi sebesar 1,24% (mtm). Deflasi pada komoditas bahan bakar rumah tangga terutama terjadi di Kota Kendari sementara di Baubau tercatat tidak mengalami perubahan.

Disisi lain tekanan inflasi kelompok inti pada bulan September 2017 tercatat mengalami sedikit peningkatan dari periode sebelumnya dan tercatat sebesar 0,05% (mtm). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan sandang dan kesehatan.

Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok sandang berasal dari komoditas emas perhiasan. Sementara tekanan inflasi kelompok barang kesehatan berasal dari adanya kenaikan harga shampoo dan sabun cair.

Mencermati perkembangan inflasi pada bulan September 2017, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara secara intensif akan terus memantau pergerakan harga khususnya harga pangan dan memastikan ketersediaan di pasar dengan berkoordinasi bersama pihak-pihak terkait.

TPID bersama Satgas Pangan akan berupaya memastikan agar kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan khususnya untuk komoditas beras dan gula pasir dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif terhadap upaya pengendalian inflasi. Dengan inflasi yang semakin terkendali, maka daya  beli masyarakat akan tetap terjaga.

Minot Purwahono, Kepala Perwakilan Kantor BI Sultra menambahkan, untuk perekonomian Sultra apabila persentase tingkat deflasi begitu besar maka Bank Indonesia akan melakukan intervensi ekonomi secara langsung ke lapangan.

Laporan : Redaksi

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version