FEATUREDSOSOK

Dari Diver Hingga Srikandi Parlemen

1676

Penulis : Indi

Siapa yang mengira sosok wanita satu ini bakal menapakkan kakinya digedung parlemen DPRD Konawe. Dikenal dengan gayanya yang ramah, wanita berkulit eksotis ini tidak pernah membayangkan sebelumnya akan berjibaku di dunia politik, terlebih jika dilihat rekam jejak selama menempuh pendidikan, tak satupun organisasi yang diikutinya, pure kuliah.

Namun, setiap tindakan yang diambilnya selalu diawali dengan niat baik dan basmallah. Sebelum menjadi anggota DPRD, wanita dengan tiga orang anak ini pernah menjadi seorang guru tidak tetap di pesantren Hubul Wathan Toli-toli, kampung kelahirannya. Lima tahun menjadi guru tidak tetap, Fia sapaan akrabnya mendedikasikan diri untuk lingkungan laut dan wisata bahari, dipilihnya karena notabenenya dia hidup di daerah pesisir. Lantas seperti apakah perjalanan hidupnya, hingga akhirnya menjadi salah satu srikandi parlemen?

Lima Tahun Jadi Guru Tidak Tetap

Tidak pernah terlintas dalam fikiran wanita dengan senyum manis ini untuk menjadi seorang guru, tapi karena kebutuhan pesantren di kampung halamannya, mengetuk jiwanya untuk mengabdikan diri, terlebih kekosongan tenaga pengajar sesuai dengan keilmuannya, ekonomi. Dia akui, untuk menjadi seorang guru tidak mudah, olehnya dia selalu mengatakan pada siswanya bahwa dia hanya membimbing untuk memecahkan setiap masalah dimata pelajarannya yang dihadapi siswanya. Dia selalu meminta agar, siswanya menganggapnya kawan, agar tidak ada kekakuan yang tercipta.

–Pobia Laut Mengantarnya Jadi Diver Profesional

Kurang lebih lima tahun mengabdikan diri jadi guru ekonomi, wanita alumni UHO tahun 2007 ini akhirnya memutuskan untuk mendedikasikan dirinya di dunia wisata bahari. Untuk menyempurnakan dedikasinya, ibu dari Azalea Janeeta Abdillah ini memutuskan bergabung di Balai Konservasi Kima Toli-toli ditahun 2010, dengan tujuan budidaya kerang raksasa kima untuk filter laut, ekosistem laut dan terumbu karang, serta pengembangan pariwisata. Dengan tujuan tersebut, mau tidak mau wanita yang hobi ngopi ini berlatih keras untuk menjadi diver profesioal, agar bisa turut menyelam menormalkan habitat kima.

Ulfiah SE., (kanan) saat sedang diving bersama rekannya.

“Awalnya, saya sama sekali tidak tau yang namanya diving, tapi saya punya tekad dan semangat,” kenangnya.

Berbagai macam pelatihan diikutinya, diantaranya pengembangan diving oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sultra, Scuba Shcool International (2014), hingga stress and rescue diver yang merupakan standar kelas untuk menjadi dive guide. Karena keahlian dan lisensi divernya, istri dari Abdillah R, SE., di percaya oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sultra untuk menjadi Tourism Guide bersertifikat.

Semangatnya untuk menjadi profesional diver, didorong keinginan kuat untuk totalitas menjaga lingkungan laut dan mengembangkan wisata bahari melalui Balai Konservasi Kima Tolitoli. Dengan lisensi yang dimilikinya, Ulfiah menjadi satu-satunya penyelam wanita dikonservasi tersebut.

Ditahun 2014-2017, setelah sukses membudidaya kima, wanita berkulit eksotis dan kawan-kawannya mengembangkan wisata bahari di Pulau Labengki. Uniknya, wanita yang memutuskan mengembangkan potensi daerahnya melalui balai konservasi, sangat pobia dengan laut, dan pobianya dilawan dengan bergelut langsung dengan lautan.

“Waktu itu, dalam seminggu waktunya saya bagi dua. Separuh di pulau dan separuhnya di rumah. Saya sangat bersyukur dan salut dengan Pak Suami yang memberikan saya restu untuk mengembangkan potensi diri,” bebernya.

Setelah berhasil mengembangkan potensi wisata bahari di Pulau Labengki, ibu dari Azzura Medina Abdillah ini sempat vakum selama setahun dari kegiatan di luar rumah, waktunya hanya difokuskan untuk keluarga selama satu tahun (2018). Dimasa kevakuman tersebut, dia terus memikirkan cara untuk mengembangkan potensi wisata di daerahnya, terlebih Kab Konawe memiliki potensi laut yang luar biasa. Dia ingin agar potensi ini lebih diperhatikan dan gaungnya lebih didengarkan.

Dari pemikiran panjang, dan diskusi dengan sang suami, serta dukungan keluarga ibu dari Muh Radif Azilla Abdillah akhirnya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Konawe, tujuannya hanya satu mengembangkan potensi wisata yang dimiliki Konawe, karena dirinya benar-benar sudah jatuh cinta dengan potensi daerahnya. Meskipun pada awalnya muncul ketidak pedean dalam dirinya, dan berbagai macam pertanyaan berkecamuk di kepalanya, siapa dirinya yang kemudian maju mencalonan diri?, kekuatan apa yang dirinya punya?.

“Tapi kemudian saya berfikir, jika orang lain bisa lakukan maka saya pasti bisa karena kalau kita tidak coba, kita tidak akan tau hasilnya seperti apa. Apalagi dukungan keluarga yang sangat luar biasa,” ucapnya dengan semangat.

Proses kampanye dilaluinya dengan up and down, suatu ketika dirinya merasa optimis, tapi dilain waktu wanita kelahiran Tolitoli 22 Januari 1984 ini merasa down. Namun, ia kembali berfikir apa yang sudah dimulai harus diselesaikan apapun hasilnya, karena menurutnya hidup itu adalah proses belajar.

“Pilcaleg kemarin adalah proses belajar, disitu juga akhirnya saya tau siapa sesungguhnya kawan dan lawan,” ujarnya dengan mata menerawang.

Dari hasil pesta demokrasi ditahun 2019 kemarin, dirinya sempat pesimis untuk melenggang ke parlemen, namuan ia percaya jika memang Tuhan menghendaki dirinya berada di parlemen, maka apapun itu akan dimudahkan. Keyakinannya tersebut, membuahkan hasil. Meskipun sangat melelahkan karena kerja keras mengawal suara didapilnya dengan medan yang tidak bersahabat, alumni SMKN 3 Kendari ini akirnya maju dan duduk di kursi DPRD Konawe periode 2019-2024.

Ulfiah SE., anggota DPRD Konawe yang saat ini duduk di Komisi III

“Apa yang saya lalui selama kampanye, hingga proses mengawal suara itu membuat saya lebih bijaksana dan dewasa,” katanya.

Saat ini, dirinya berada dikomisi III. Hal itu sesuai dengan tujuan awalnya mencalonkan diri yakni untuk mengembangkan potensi wisata bahari Kab Konawe, dalam kampanyepun ia dikenal dengan tag line “Anak Pantai”.

Apakah akan maju dua periode?, Memang masih beberapa tahun lagi, mengingat masih panas-panasnya langkah kakinya menuju DPRD. Namun apapun itu akan lebih sempurna dengan persiapan lebih awal. Dia tidak menampik, jika dirinya memendam cita-cita atau keinginan untuk maju diperiode berikutnya, tapi kembali lagi kepada masyarakat sebagai penentu.

“Kalau saya masih dibutuhkan, saya maju,” tegasnya.

Ulfiah SE., (kiri) bersama anggota DPRD Konawe lainnya usai rapat di Aula.

–Arti Keluarga

Apa yang dicapainya saat ini tidak mungkin terwujud tampa, doa, kerja keras dan dukungan keluarga. Sehingga baginya keluarga adalah segalanya, dan juga restu. Tanpa restu dari keluarga apa yang dia perjuangkan dari awal hinga berkompetisi menuju gedung parlemen takkan pernah terjadi. Keluarga juga menjadi pondasi baginya saat menginjakkan kaki ke parlemen sebagai salah satu srikandi DPRD Konawe. Harmonisasi yang didapatnya dalam keluarga, pun dibawa hingga gedung parlemen dengan berbagai warna yang ada.

Selain semua itu, yang paling sering ditanamkan dalam dirinya yakni “Be your Self”, jangan bangga menjadi orang lain, tapi banggalah menjadi diri sendiri dan patuh pada norma-norma yang berlaku.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version