Redaksi
KENDARI – Gedung Laboratorium milik PT Obsidian Stainless Stell (PT OSS) di Desa Tani Indah, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) terbakar, Rabu (14/8/2019).
Dalam musibah yang terjadi sekitar pukul 10.45 Wita ini, sebanyak 19 karyawan yang terdiri dari 17 perempuan, dan 2 laki – laki menjadi korban.
Para karyawan diduga mengalami keracunan akibat terpapar bakan kimia yang diduga terbakar bersamaan dengan terbakarnya laboratorium tersebut.
Seluruh korban dalam musibah ini, langsung diberikan perawaran intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Kendari.
BACA JUGA :
- Cabup Harmin Ramba Beri Penjelasan Kepada Cawabup Syamsul Ibrahim Terkait Konsep Pembangunan Konawe Maju Menuju Kota PADI buat Samsul
- Pengerjaan Jalan Lambuya – Motaha Capai 80 Persen, Ketua DPD Gerindra Sultra : Panjang Jalan Yang Akan DiKerjakan 23,5 KM
- Paslon No 3 HADIR, Tampil di Panggung Debat Dengan Menguasai Materi dan Bermartabat
- Akses Jalan di Ambekairi, Latoma Hingga Desa Nesowi Kecamatan Latoma Sedikit Hari Lagi Rampung, Pengguna Jalan Ucapkan Terima Kasihnya Kepada Harmin Ramba
- Prabowo Menang Besar di Konawe Saat Pilpres, Perbaiki Sejumlah Jalan Rusak di Kabupaten Konawe Wujud Kerja Nyata Partai Gerindra
- Angkat Visi Konawe Maju Menuju Kota Padi, Ini 5 Misi dan 18 Program Unggulan Pasangan HADIR
Direktur Hubungan Masyarakat (Humas) RSU Bahteramas, Masyta menuturkan, saat tiba di RS, karyawan secara fisik belum menampakkan adanya gejala gangguan kesehatan akibat peristiwa itu.
Namun menjelang malam, kata Masyta, gejala itu mulai muncul diantaranya lemas dan mual serta pusing. Sehingga, pihaknya langsung melakukan tindakan untuk rawat inap.
“Karena ada keluhan lemas dan mual sehingga kami langsung lakukan rawat inap dan tidak membiarkan para karyawan tersebut kembali ke rumahnya,” kata Masyta pada mediakendari.com, Kamis (15/8/2019).
Dalam kunjungannya, kata Masyta, tim Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sultra yang hadir untuk memantau kondisi karyawan juga meminta pihak RS untuk memberikan perawatan intensif.
Masyta menuturkan, untuk kondisi sementara pasca perawatan yang dilakukan di RS, para korban mulai bolak balik ke kamar mandi, sebagai respon atas pengobatan yang di lakukan.
“Jadi mereka bolah balik kamar mandi untuk membuang dugaan adanya paparan bahan kimia, dan itu bagus karena setelah diinfus dan diberi obat maka paparan racun dari bahan kimia bisa keluar menjadi air seni,” jelasnya.
Menurutnya, berdasarkan diagnosis tim dokter, sejauh ini dugaan gangguan kesehatan yang dialami para karyawan adalah keracunan bahan kimia. Dan belum ditemukan ada diagnosa lainnya.
Masyta juga menuturkan jika keseluruhan biaya perawatan para korban akan ditanggung BPJS Ketenagakerjaan dan sudah dikomunikasikan dari pihak manajemen PT OSS kepada BPJS Ketenagakerjaan.
“Kemarin pihak manajemen PT OSS datang dan sudah berkomunikasi dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk memberikan jaminan perawatan bagi para karyawan,” tutupnya.