OPINI

Ekonomi Kreatif sebagai Alternatif Ekonomi Milineal Muna dan Sekitarnya

3280
×

Ekonomi Kreatif sebagai Alternatif Ekonomi Milineal Muna dan Sekitarnya

Sebarkan artikel ini
Calon Bupati Muna periode 2021-2026, DR. Saharuddin

DR. Saharuddin

(Dosen Tetap pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Instritut Pertanian Bogor; Bakal Calon Bupati Muna, 2020-2025)

Sektor ekonomi kreatif menjadi sektor ekonomi penting di era digital 4.0 saat ini. Tak terkecuali untuk Kabupaten  Muna.   Ketika   suatu daerah mempromosikan sektor pariwisata, maka usaha ekonomi kreaktif seharusnya  ikut berkembang pesat.

  Sebab nafas dari program pariwisata adalah menawarkan hasil karya kreatif  warganya, khususnya dari kalangan muda  dengan memanfaatkan sumberdaya  di sekitarnya  kepada warga, wisatawan  atau kepada calon wisatawan. 

Potensi pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Muna cukup besar karena keunggulan potensi sumberdaya alam dan aneka produk hasil-hasil buminya yang dapat terus dikelola dalam beragam bentuk produk kreatif oleh kalangan milenial yang  jumlahnya tidak kurang dari 65%  dari jumlah penduduk. 

Dari jumlah tersebut sekitar  23 persen berpendidikan sampai tingkat SMA dan sekitar 7,2 persen berpendidikan diploma, sarjana, dan magister.  Ini Semua ini tentu harus dilihat sebaai modal besar dalam engembangan ekonomi kreatif berbasis potensi sumberdaya alam dan hasil-hasil bumi.    

Aktivitas ekonomi kreatif mempersyaratkan beberapa hal.  Pertama,  continuous improvement dari kreaktivitas pemuda sebagai kekayaan utamanya yang tercermin pada perkembangan dinamis karakteristik produk kreatifnya.  Kedua, adanya captive market, agar produk bisa langsung  diserap oleh pasar  dan menghasilkan pendapatan tanpa harus terlalu menggantungkan diri pada wisatawan.  Ketiga, program ekonomi kreatif harus menjadi bagian dari setting program pada setiap destinasi wisata.

Keempat, diperlukan koneksitas yang kuat antar destinasi wisata yang saling menunjang dan didukung degan perbaikan infrastruktur yang memadai.  Keempat persyaratan tersebut di atas menjadi tantangan berat bagi pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Muna.    Karena itu sektor ini harus dikelola lebih serius dan terukur agar kinerja pengembanganya sejalan dengan kebutuhan pasar.

Apapun pilihannya, tantanganya sama, yaitu bahwa sektor ekonomi kreatif tidak segera menghasilkan contnious income yang tinggi bagi para pelakunya.  Di sinilah masalahnya, untuk daerah Muna sesuai dengan konteks geo-politik-ekonominya.

  Seberapa besar sektor tersebut akan segera menyumbang pada pendapatan  pelaku usaha atau PAD?. Pertanyaan ini penting mengingat bahwa sektor industri kreatif memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)  konsumen tidak membeli dalam jumlah banyak, (2) Selera konsumen terhadap produk kreatif terus berubah;  (3) konsumen bersifat reaktif terhadap produk ekonomi kreatif. 

Para pelaku usaha ekonomi kreatif sering terjebak pada tingginya permintaan pasar ketika produk tersebut baru saja memasuki pasar,  tetapi begitu skala produksi ditingkatkan, konsumen sudah bosan  yang berakibat pada penurunan permintaan terhadap produk yang dimaksud.  Hal ini karena hal yang ketiga, yaitu: (4) banyak pesaing lain untuk produk sejenis yang terus melakukan contnous improvement sekurang-kurangnya dari segi disain dan kemasan atas produknya.  Yang ke empat (5) adalah bahwa dalam banyak hal  produk usaha kreatif dijual dengan system konsinyasi pada warung atau toko tertentu, sehingga modal yang tertahan cukup besar, dan resiko untuk ditarik jika tidak laku tetap ada. Dan yang terakhir, (5) terkait dengan posisi pulau Muna, yang letaknya cukup terpencil sehingga rantai produksi akan  sangat panjang.  Hal ini berakibat pada kecilnya margin usaha yang didapat oleh produsen.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka usaha  ekonomi kreatif harus dilakukan dengan meperhatikan hal-hal berikut: (i) Skala produksi yang terukur dan bergerak pada produk unggulan  daerah yang sudah ada seraya mengembangkan produk unggulan baru yang memiliki pangsa pasar luas.  (ii) Para pelaku harus  menguasai system pemasaran online meskipun  dengan resiko bahwa produknya akan direplikasi oleh pelaku lain. (iii) Pemanfaatan pasar lokal, meskipun pangsa pasar  lokal bagi industri kreatif sangat terbatas dan cepat jenuh.   (iv) Penguatan kemitraan antar daerah, termasuk dengan daerah tetangga yang memiliki potensi pengembangan  produk ekonomi kreatif sejenis. Hal ang terakhir ini menjadi sangat penting karena  daerah sekitar juga memiliki potensi produk yang sama dengan kondisi aksesibilitas mungkin lebih baik dari pada Kabupaten Muna.

  Misalnya saja   produk ekonomi kreatif sektor pariwisata  atau yang terkait  langsung dengan sektor pariwisata di Kabupaten Muna dalam pengembangannya tidak dapat dilepaskan dari kabupaten terdekat  lainnya sehingga kekayanan destinasi wisata lintas  kabupaten dapat diperhitungkan efisiensi biaya keterjangkauannya oleh calon wisatawan.  Karena itu produk ekonomi kreatif dalam konteks Muna harus mejadi produk lintas kabupaten yang teorganisir. Disinilah pentingnya kollaborasi dan sinergitas program ekonomi kreatif antar daerah dan dengan lembaga-lembaga mitra lainnya  untuk mempercepat dinamika ekonomi berbasis pariwisata dan ekonomi kreatif. 

You cannot copy content of this page