Redaksi
KENDARI – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Tenggara (Sultra), Fachry Pahlevi Konggoasa melakukan reses di Desa Bajo Indah, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe.
Dalam kegiatan yang digelar, Kamis (16/12/2019) di Area Parkir Dermaga Penyebrangan Wisata Pulau Bokori, Fachry bertatap muka dengan ratusan warga yang datang dari sejumlah desa pesisir di Kecamatan Soropia, serta sejumlah wilayah non pesisir lainnya.
Fachry melaksanakan resesnya dalam suasana santai dan penuh keakraban dengan warga, untuk saling bertukar pikiran. Mengawali resesnya, Putra Bupati Konawe menjelaskan tentang tugas dan fungsinya sebagai anggota DPR RI.
“DPR RI memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Termasuk juga menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat,” papar Fachry dihadapan ratusan warga.
Selain itu, Politikus Muda PAN ini juga memaparkan tentang fungsi dan tugas Komisi IV DPR RI, dimana ia duduk, dengan ruang lingkup tugas di bidang pertanian, lingkungan hidup dan kehutanan dan, kelautan.
Menurutnya, reses yang digelarnya di Kecamatan Soropia selaku daerah pesisir, merupakan bagian cara untuk dari menjaring aspirasi atas permasalahan dan kebutuhan masyarakat pesisir sesuai bidang kerja Komisi IV.
“Kenapa kami memilih reses di Soropia, karena itu sesuai dengan bidang kerja saya di Komisi IV DPR RI, jadi nantinya aspirasi yang diserap ini akan dibawa untuk selanjutnya dibahas dan ditindaklanjuti pemerintah melalui kementerian terkait,” terangnya.
Untuk mitra kerja Komisi IV DPR RI yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Perum Bulog; dan Badan Restorasi Gambut (BRG).
Fachry juga menjelaskan, sesuai dengan mitra kerjanya yakni KKP, dirinya menaruh perhatian khusus atas kondisi warga masyarakat di wilayah pesisir di Kabupaten Konawe, salah satunya yakni Kecamatan Lalonggasumeeto dan Soropia.
Ia juga menyebut dirinya memiliki hubungan emosional yang cukup dekat dengan warga masyarakat pesisir di Konawe, karena seringnya berkunjung ke wilayah ini baik saat kampanye maupun dalam agenda lain.
Sehingga, kata Fachry, kondisi itu membuat dirinya tergerak untuk membantu menuntaskan masalah yang ada di kawasan wilayah pesisir Konawe. Salah satunya yakni dilakukan dengan reses untuk menjaring aspirasi warga pesisir.
“70 persen di dua wilayah itu masyarakatnya adalah nelayan, jadi perlu kita perhatikan. Jangan sampai misalnya saat musim hujan seperti ini, mereka tidak bisa melaut, jadi bagaimana mereka mendapatkan penghasilan. Jadi kita carikan solusi untuk mereka,” tambahnya.
Atas masalah yang dialami warga, putra sulung Bupati Konawe ini menuturkan, dirinya bakal mendorong kolaborasi untuk menghasilkan solusi, antara pemerintah pusat dan daerah, khususnya dalam menuntaskan warga pesisir.
Dengan kolaborasi tersebut, maka pemerintah pusat dan daerah bisa sepenanggungan atas masalah warga. Jika bantuan tidak bisa diberikan pemerintah pusat, maka pemerintah daerah mengatasi kebutuhan tersebut.
“Kita memastikan adanya kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, kalau kemudian solusinya tidak bisa dituntaskan pemerintah pusat maka akan kita dorong ke pemerintah daerah,” tegas Fachry.
Serahkan Bantuan Mesin dan Kapal Untuk Nelayan
Selain bertatap muka dengan warga, dalam resesnya kali ini Fachry Pahlevi Konggoasa juga menyerahkan bantuan kapal bagi sejumlah kelompok usaha nelayan yang ada di Kabupaten Konawe.
Bantuan yang diberikan tersebut berupa sejumlah peralatan dan mesin katinting serta kapal untuk nelayan. Selain itu, diserahkan juga dua buah speedboat bermesin tempel yang bakal digunakan warga sebagai sarana trasportasi angkutan wisata.
Fachry bahkan sempat mengecek langsung kondisi dan kualitas kapal tersebut bersama sejumlah OPD, dengan melaut sekitar 30 menit mengitari pesisir Soropia, untuk mengecek dan memastikan langsung kelaikan kapal.
“Kapal ini bantuan Pemerintah Pusat dan Daerah bagi nelayan kecil, karena kita ketahui mesin yang memadai itu menjadi kebutuhan penting bagi nelayan untuk meningkatkan hasil dan produktifitas hasil lautnya,” kata Fachry.
Adapun bantuan yang diserahkan yakni, kapal 3 GT sebanyak 4 unit, mesin katinting 22 Pk sebanyak 29 unit, Pancing rawe 500 mata untuk 14 kelompok, Pancing ulur 1 tiap kelompok, Pancing tonda 1 kelompok, Rompon 3 unit 1 kelompok, karamba 10 kelompok.
Selain itu, turut diserahkan juga bantuan sapi untuk dua kelompok, yang diserahkan untuk unit usaha peternakan berbasis masyarakat dari wilayah lain di Kabupaten Konawe.
“Kita berikan batuan ini secara terbuka biar masyarakat melihat apa yang sudah kami kerjakan, karena selama ini selalu dianggap jika pemberian bantuan itu selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi,” ujar Fachry.
Dukung Stop Ekspor Benih Lobster
Tidak hanya persoalan lokal masyarakat, Fachry Pahlevi Konggoasa dalam resesnya juga turut membahas masalah global yang saat ini tengah menjadi isu nasional terkait perikanan yakni, ekspor benih lobster.
Menurutnya, saat berdiskusi dengan warga dirinya mendapatkan curhatan dari nelayan tentang sulitnya mendapatkan benih lobster saat ini, khususnya di pesisir Sulawesi Tenggara.
Hal itu, kata Fachry, menjadi perhatian khusus dari dirinya karena lobster merupakan salah satu komoditas hasil laut yang cukup bernilai secara ekonomi, yang bisa menjadi komoditas untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
“Cukup mengejutkan karena ada nelayan yang cerita kalau saat ini sulit mendapatkan lagi benih lobster di ekosistemnya di laut, padahal saat ini belum dibuka izin ekspor benih, bagaimana kalau nanti sudah bisa diekspor, mungkin benih lobster akan habis,” terang Fachry.
Ia menuturkan, secara pribadi dirinya mendukung pelarangan ekspor benih lobster. Menurutnya, hal itu karena nilai jual benih lobster itu sangat murah, dibandingkan dengan jual lobster dewasa.
Untuk harga jualnya, lanjut Fachry, untuk lobster benih hanya dihargai ratusan ribu setiap benihnya. Hal itu berbeda dengan harga lobster dewasa yang mencapai jutaan rupiah setiap ekornya.
“Bandingkan saja harganya, kalau benih itu murah sekali padahal budidaya nya susah, karena harus secara alami, lebih baik dijual pas sudah dewasa hanya menunggu satu sampai tiga tahun itu harganya sudah berkali lipat harganya,” kata Fachry.
Fachry juga menilai, ekspor benih bisa merusak siklus hidup populasi lobster, karena jika benih ambil untuk di ekspor maka tidak ada kelanjutan kehidupan populasi benih di pesisir, lambat laun lobster akan habis dari lautan.
BACA JUGA :
- Cabup Harmin Ramba Beri Penjelasan Kepada Cawabup Syamsul Ibrahim Terkait Konsep Pembangunan Konawe Maju Menuju Kota PADI buat Samsul
- Pengerjaan Jalan Lambuya – Motaha Capai 80 Persen, Ketua DPD Gerindra Sultra : Panjang Jalan Yang Akan DiKerjakan 23,5 KM
- Paslon No 3 HADIR, Tampil di Panggung Debat Dengan Menguasai Materi dan Bermartabat
“Kalau benih lobster dewasa ini diambil, sedangkan yang tua mungkin tidak tapi lambat laun akan mati, nah kalau tidak ada benih yang melanjutkan siklus hidup populasinya bagaimana? Pasti habis dari laut,” tegasnya.