OPINI

Filosofi Karateka Mengilhami Rajiun Tumada dalam memimpin Muna Barat.

1635
Filosofi Karateka
La Ode M. Rajiun Tumada

Penulis : Surachman (Koordinator Media Center Pembangunan PUPR Mubar).

Sosok La Ode M. Rajiun Tumada selalu mengundang rasa penasaran baik tentang pribadi dan kiprahnya dalam memimpin Muna Barat. Peraih DAN V Karate ini tumbuh dan berkembang dalam iklim kompetisi yang sedari muda diasahnya hingga dapat menghuni pelatnas selama kurang lebih 7 tahun. Puluhan negara telah dikunjunginya berkat olah raga karate dan mengantarkannya mengharumkan Indonesia dipentas internasional. Latar belakang sebagai atlet karateka nasional turut membentuk karakter dirinya sebagai pribadi yang santun dan tegas.

Dalam seni bela diri ada etika tersurat yang menyebutkan bahwa “Jalan Seni Beladiri diawali dan diakhiri dengan kesopanan”. Kita barangkali sering melihat dalam setiap pertandingan karate yang menampilkan dua karateka atau pada penampilan individual selalu diawali dengan salam hormat. Begitu pula ketika mengakhiri pertunjukan atau kumite juga diakhiri dengan salam hormat. Ajaran karate selalu menekankan jika ingin dihormati orang lain maka harus menghormati orang lain terlebih dulu. Kepatuhan dan penghormatan adalah hal yang harus dilakukan setiap orang terhadap orang lain. Sikap hormat terhadap
lawan merupakan hal yang sangat penting dalam tiap peragaan karate-do. Seorang karate-ka harus mampu menjalankan etika
sopan santun selama latihan maupun pertandingan dimanapun, kapanpun ia berada dan kepada siapapun. Nilai filosofis ini rupanya selalu menjadi pijakan La Ode M. Rajiun Tumada dalam beraktivitas baik sebagai pribadi maupun kepala daerah. Beliau selalu respek terhadap seseorang sekalipun bawahannya sendiri. Namun untuk hal ketegasan dalam memimpin selalu dikedepankan tanpa pandang bulu. Menurutnya ketegasan itu penting untuk memastikan setiap bawahannya dapat menjalankan tupoksi masing-masing dengan penuh tanggung jawab.

La Ode M. Rajiun Tumada selalu menekankan kepada para aparaturnya untuk mengedepankan kedisiplinan. Baginya kedisiplinan sangat penting bagi setiap aparatur agar dapat fokus menjalankan tugas masing-masing dan membantu mencapai target sesuai kebijakan yang telah digariskan olehnya. Semangat kedisiplinan ini diilhami oleh pemahaman beliau yang dalam terhadap salah satu filosofi karateka yaitu “perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain”. Filosofi ini sesungguhnya mengandung makna yang sangat mendalam bahwa seseorang untuk maju harus dapat dan mampu mengendalikan setiap potensi negatif dalam diri termasuk rasa malas, sikap yang tidak disiplin dan hal-hal yang tidak produktif lainnya. Filosofi diatas mengajarkan kepada kita untuk membuang setiap sikap negatif yang dapat menghambat kinerja positif bagi lingkungan kita termasuk lingkungan organisasi kerja kita.

Dalam mendisiplinkan bawahannya La Ode M. Rajiun Tumada juga memulai dari dirinya sendiri. Prinsip beliau bahwa disiplin hanya dapat diterapkan jika seorang pemimpin juga bersikap disiplin. Rupanya kesadaran ini muncul sebagai implementasi filosofi karateka bahwa sebelum mengontrol dan membenahi kesalahan orang lain, karateka wajib mengontrol dan mengendalikan diri lebih dahulu, koreksi diri sebelum koreksi orang lain. Kuasai diri dan kendalikan emosi serta jaga sikap terhadap yang lain sebagai wujud pengamalan Sumpah Karate “sanggup menguasai diri”.

Seorang karateka wajib memiliki semangat yang positif. Namun tidak dikuasai oleh nafsu atau semangat yang berlebihan atau cenderung takabur. Seorang karateka harus fokus pada tujuan yang diingim dicapai baik dalam masa latihan maupun pertandingan. Sehingga segenap kekuatan dan energi dirinya dicurahkan untuk menggapai tujuan yang ingin dicapainya. Begitupula seorang La Ode M. Rajiun Tumada dalam mengaplikasikan semangat tersebut dalam pembangunan Muna Barat selalu memiliki semangat dan konsistensi dalam meraih tujuan yang hendak dicapainya semisal fokus pembangunannya pada pemenuhan infrastruktur dasar betul betul terarah hingga dalam kurun waktu yang cukup singkat dapat dilakukan pembangunan dan peningkatan jalan sepanjang 786 km. Begitu pula fokusnya dalam bidang yang lain semisal pengelolaan keuangan daerah yang berbuah WTP empat kali berturut turut dan program program prioritas lainnya yang mendapatkan apresiasi khalayak umum.

Seorang karateka juga dalam meraih kemenangan tergantung pada keahlian membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak. Artinya : Dalam beladiri karate, teknik diarahkan pada sasaran yang tepat, secara spontan, jarak yang benar dan waktu (timing) yang tepat, dilancarkan dengan kekuatan maksimal (terkontrol) dan kesadaran penuh (zanchin) agar tidak mencederai lawan dan dianggap tidak terhormat. Filosofi ini diimplementasikan oleh La Ode M. Rajiun Tumada dalam perumusan kebijakan pembangunan. Baginya dalam merumuskan arah kebijakan pembangunan tak perlu muluk-muluk. Yang terpenting tepat sasaran dan dibutuhkan oleh masyarakat serta yang terpenting dapat menyelesaikan persoalan yang sesungguhnya dimasyarakat. Misalnya program peningkatan jalan dan jembatan yang massif memang dilatarbelakangi oleh adanya keinginan masyarakat Muna Barat agar fokus pembangunan diarahkan untuk menangani konektivitas antar kawasan agar memudahkan transfer barang dan jasa dalam wilayah Muna Barat sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarajat.

Begitupula kebijakan seragam gratis dan beasiswa juga dilatar belakangi oleh adanya kesadaran La Ode M. Rajiun Tumada bahwa masih banyak anak usia sekolah baik SD dan SMP yang mengalami keterbatasan secara ekonomi hingga menyulitkan mereka dalam penyediaan seragam sekolah mereka. Program pembuatan buku nikah gratis juga dilatar belakangi oleh fakta empirik bahwa masih banyak pasangan yang telah menikah belum memiliki surat nikah dan pada akhirnya membebani secara administratif bagi anak keturunan mereka dalam urusan urusan formal. Kesemua kebijakan tersebut nampak sederhana namun lahir atas pertimbangan kebutuhan yang paling mendasar dimasyarakat.

Seorang karateka sangat mengandalkan kekuatan tangan dan kakinya. Tangan dan kaki yang dilatih secara teratur, sistematis, dan terprogram dapat membentuk tangan dan kaki sebagai senjata effektif yang digunakan dalam melumpuhkan lawan. Dalam kepemimpinan La Ode M. Rajiun Tumada senjata yang digunakannya adalah program atau kebijakan dalam menuntaskan masalah masalah pembangunan. Program dan kegiatan yang dicreasi setiap tahunnya selalu didasari oleh pendekatan yang multi sektor dan secara sistemik. Yang dimulai dari bawah melalui mekanisme Musrenbang (bottom up), disandingkan dengan kebijakan sesuai regulasi perencanaam baik skala lokal, regional dan nasional serta dipadu serasikan melalui pendekatan teknokratik maka melahirkan kebijakan-kebijakan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga program dan kegiatan yang strategis dan menjadi prioritas masyarakat merupakan senjata baginya atau jurus ampuh dalam rangka percepatan pembangunan di Muna Barat.

Sebagai seorang karateka sejati La Ode M. Rajiun Tumada tidak saja mengimplementasikan nilai-nilai karateka dalam kehidupan sehari-harinya, namun juga diimplementasi dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan. Sebagai seorang karateka sejati sumpah karate yang menekankan pada SANGGUP MEMELIHARA KEPRIBADIAN, SANGGUP PATUH PADA KEJUJURAN, SANGGUP MEMPERTINGGI PRESTASI, SANGGUP MENJAGA SOPAN SANTUN dan SANGGUP MENGUASAI DIRI selalu mengiringi langkah beliau dalam mengabdikan diri sebagai pelayan rakyat yang dipimpinnya. Wallahu a’lam bish-shawabi

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version