KENDARI – Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH., menghadiri Napak Tilas Pahlawan Nasional Oputa Yi Koo dan mengikuti pelaksanaan tradisi unik masyarakat Buton Kande-kandea di Baruga Keraton Buton, Minggu, 22 Mei 2022.
Mengiringi gubernur, antara lain (Plt.) Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse, S.Pd., Asisten Deputi Pengambangan Destinasi Regional II, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Drs. Reza Fahlevi, M.Si., jajaran Forkopimda Kota Baubau serta jajaran OPD Provinsi Sultra dan OPD Kota Baubau.
Gubernur Ali Mazi memulai hari itu dengan berkunjung ke makam Oputa Yi Koo. Peringatan HUT Sulawesi Tenggara yang ke-58 dirangkaikan dengan napak tilas ke makam Pahlawan Nasional Iputa Yi Koo. “Hal ini adalah hal yang luar biasa, di mana Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan sebuah penghargaan dijadikannya Iputa Yi Koo dari Buton sebagai Pahlawan Nasional,” kata Gubernur Ali Mazi.
Sebagai generasi muda, lanjut Gubernur Ali Mazi, generasi sekarang harus memperingati dengan melaksanakan napak tilas Oputa Yi Koo agar menjadi tauladan bagaimana beliau dengan gagahnya melawan penjajahan.
Setelah nyekar ke makam Pahlawan Nasional, selanjutnya Gubernur Ali Mazi mengunjungi lokasi acara Kande-kandea. Acara tradisi itu berarti adalah sebuah acara perjamuan makan bersama menghiasi HUT Sulawesi Tenggara ke-58 yang digelar Baruga Keraton Buton.
Kande-kandea merupakan adat istiadat yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Tolandona, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Acara Kande-kandea ini merupakan adat istiadat masyarakat Buton yang setiap tahun dilaksanakan usai perayaan Hari Raya Idulfitri. Biasanya dilaksanakan sepuluh hari setelah lebaran.
Di acara ini, disajikan puluhan talang (nampan berisi makanan) yang dijaga gadis berpakaian adat Buton lengkap dengan riasannya. Mereka nantinya yang akan menyuapi para tamu yang hadir. Tradisi ini sudah menjadi ikon dan biasanya di gelar di Festival Budaya Buton setiap tahunnya yang hingga kini masih terjaga. Saat festival, masyarakat Buton maupun wisatawan dalam dan luar negeri biasanya akan berbondong-bondong untuk menghadiri tradisi makan bersama ini.
Dalam sejarahnya, tradisi Kande-Kandea Tolandona diadakan sebagai acara tradisi penyambutan para tamu negara Kesultanan Buton yang berkunjung di Tolandona pada masa lampau. Selain itu, juga sebagai acara penyambutan para pahlawan negeri yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan sebagai wujud syukur.Kande-kandea tersebut menyediakan berbagai macam makanan khas Buton yang dikemas di sebuah talang khusus dan dijaga oleh seorang gadis muda dengan memakai pakaian adat Buton. Sebanyak 220 sajian talang disajikan pada perayaan tersebut. Angka 22 disesuaikan dengan tanggal kegiatan.
Setelah itu, beberapa rangkaian acara yang berlangsung 22-28 Mei itu dibuka oleh Gubernur Ali Mazi. Acara Kande-kandea dilaksanakan dengan ditandai pembukaan penutup sajian masakan yang telah tersedia. Para peserta acara Kande-kandea pun secara serempak menuju ke tempat telah disediakan.
Usai menghadiri acara adat tersebut, Gubernur Ali Mazi mengatakan, Kande-kandea bermakna untuk mempererat hubungan silaturahmi dan masalah hubungan kebatinan. “Acara adat tersebut adalah budaya yang ditinggal para leluhur, maka sebagai generasi penerus budaya tersebut harus tetap dipertahankan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.
Reporter : Sardin.D